Dark/Light Mode

Fakta-fakta Rumoh Geudong, Tempat Jokowi Kick Off Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat, Besok

Senin, 26 Juni 2023 19:35 WIB
Rumoh Geudong di Pidie, Aceh. Lokasi Presiden Jokowi akan melakukan Kick Off Penyelesaian Pelanggaran HAM berat masa lalu dengan cara non yudisial, besok, Selasa (27/6). (Dok. KontraS Aceh)
Rumoh Geudong di Pidie, Aceh. Lokasi Presiden Jokowi akan melakukan Kick Off Penyelesaian Pelanggaran HAM berat masa lalu dengan cara non yudisial, besok, Selasa (27/6). (Dok. KontraS Aceh)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi dijadwalkan  membuka secara resmi kick off penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat masa lalu secara nonyudisial di Aceh, besok, Selasa (27/6). Lokasinya di Rumoh Geudong, Kabupaten Pidie, Aceh. Berikut ini fakta-fakta tentang Rumoh Geudong tersebut.

Kepastian Jokowi bertandang ke Rumoh Geudong, Pidie, Aceh dikonfirmasi langsung oleh Presiden Jokowi usai meninjau Pasar Palmerah, Jakarta, Senin.

"Jadi, dong," ucap Kepala Negara memastikan kehadirannya di acara tersebut.

Tragedi Rumoh Geudong adalah satu dari 12 pelanggaran HAM berat di Indonesia yang diakui negara. Pengakuan itu diumumkan Jokowi pada tanggal 11 Januari 2023 lalu.

Tiga dari 12 pelanggaran HAM berat itu terjadi di Aceh, diantaranya Peristiwa Rumoh Geudong dan Pos Sattis (1989), Peristiwa Simpang KKA (Kertas Kraft Aceh) (1999), dan Peristiwa Jambo Keupok (2003).

Presiden bilang bahwa pihaknya menyerahkan pelurusan sejarah terkait dengan kasus pelanggaran HAM berat pada masa lalu kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.

Lalu apa itu Rumoh Geudong? Simak berikut ini fakta-fakta dan sejarahnya:

Baca juga : Ganjar Sukses Bawa Jateng Hattrick Penghargaan Pembangunan Daerah Terbaik

1. Dibangun Tahun 1818

Rumoh Geudong adalah rumah panggung berkonstruksi kayu yang dibangun oleh Ampon Raja Lamkuta. 

Ampon Raja adalah ulhee balang, semacam jabatan kepala pemerintahan Kesultanan Aceh setingkat kabupaten. Ulhee balang juga merupakan pemimpin perang di daerahnya.

Namun Ampon Raja Lamkuta itu tidak tinggal di Rumoh Geudong tersebut, melainkan di Rumoh Raya (rumah besar) yang berjarak sekitar 200 meter dari Rumoh Geudong.

Rumoh Geudong ini pernah dipakai sebagai tempat mengatur strategi perang saat melawan penjajahan Jepang.

2. Jadi Pos Satuan Taktis dan Strategis (Pos Sattis) Tentara Selama DOM

Saat pemerintah memberlakukan Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh dalam kurun waktu hampir 1 dekade, yakni dari tahun 1989-1998, Rumoh Geudong dijadikan sebagai Pos Satuan Taktis dan Strategis (Pos Sattis) TNI.

Baca juga : Aktivis 98 Puji Kemajuan Pengusutan Pelanggaran HAM Oleh Jokowi

3. 50 Persen Kasus Kekerasan Di Pidie Dilakukan Di Rumoh Geudong

Tim Pencari Fakta DPR menemukan bahwa hampir 50 persen kasus tindak kekerasan yang terjadi di Pidie, dilakukan di Rumoh Geudong, Glumpang Tiga.

Di dalam rumah tersebut, selain punya kamar tidur dan kamar mandi, juga ada kamar-kamar penyiksaan. Kamar tersebut disekat kecil-kecil menggunakan triplek, lalu diberi nama-nama binatang. Seperti Bilik Anjing, Kerbau, Harimau, Monyet, Kambing, dan sebagainya.

4. Ditemukan Serpihan Tulang Jari Kaki Dan Tangan

Beberapa bukti penyiksaan ditemukan di Rumoh Geudong. Tim pencari fakta Komnas HAM menemukan serpihan tulang jari kaki, tangan, rambut dan rantai. Namun tidak menemukan satupun kerangka manusia di sana.

Dalam buku Rumoh Geudong, the Scar of The Acehnese juga dijelaskan bagaimana penyiksaan dilakukan oleh tentara di rumah itu. Diantaranya dengan menyetrum warga menggunakan kabel listrik. 

5. Dibakar Tahun 1998

Baca juga : Layani Penerbangan Umrah dan Haji, 3 Menteri Jokowi Cek Kesiapan Bandara Kertajati

Saksi bisu kekerasan di Pidie, Aceh itu akhirnya terbakar pada tahun 1998. Namun hingga kini belum diketahui secara pasti, apakah Rumoh Geudong ini terbakar atau sengaja dibakar.

6. Dirobohkan

Jelang kedatangan presiden Jokowi, sisa bangunan Rumoh Geudong dirobohkan. Hanya menyisakan tangga beton saja.

Banyak pihak menyesalkan tindakan pemerintah setempat yang merobohkan bangunan tersebut. Salah satunya diutarakan oleh Ketua Komisi I DPR Aceh Iskandar Usman Alfarlaky.

"Karena bangunan itu adalah saksi bisu sejarah panjang konflik senjata Aceh," sesal dia, Sabtu (24/6), yang sebelumnya berharap Rumoh Geudong bisa direplikasi menjadi museum untuk pembelajaran publik.

KontraS Aceh juga menyesalkan penghancuran Rumoh Geudong. "Kami, organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam pernyataan ini sangat menyesalkan penghancuran sisa bangunan Rumoh Geudong," tulis KontraS Aceh di laman resminya.

Kini lokasi Rumoh Geudong menyisakan tanah lapang, dan rencananya di lokasi tersebut akan dibangun masjid.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.