Dark/Light Mode

Soal Capres-Cawapres, Erick Menolak Kawin Paksa

Minggu, 23 Juli 2023 08:15 WIB
Menteri BUMN, Erick Thohir. (Foto: Antara)
Menteri BUMN, Erick Thohir. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri BUMN Erick Thohir menanggapi usulan banyak pihak yang menjodoh-jodohkan dirinya dengan Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo. Kata Erick, ada beberapa syarat yang jadi pertimbangannya sebelum menyatakan siap jadi Cawapres. Salah satunya, tak mau "kawin paksa".

Erick punya modal besar untuk maju sebagai Cawapres 2024. Di bursa Cawapres, elektabilitas Erick versi banyak survei terus melesat, mengalahkan tokoh-tokoh beken lainnya, seperti Sandiaga Uno, Mahfud MD, Ridwan Kamil, hingga Khofifah Indar Parawansa.

Tak hanya elektabilitas, Erick juga memiliki kedekatan dengan Prabowo dan Ganjar. Bahkan, belum lama ini, Erick baru saja bertemu dengan Prabowo maupun Ganjar. Dalam pertemuan itu, baik bersama Prabowo maupun Ganjar, Erick menunjukkan kekompakan.

Lantas siapa yang paling cocok? Erick memastikan, pertemuannya dengan Prabowo maupun Ganjar, tak ada urusannya dengan Pilpres 2024. Pertemuan dengan 2 Capres itu dalam rangka pekerjaan.

Misalnya, saat bertemu dengan Presiden Jokowi dan Prabowo di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (16/7). Lalu pertemuan lanjutan antara Prabowo, Erick dan Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani di Kantor Kemenhan, Jakarta, Kamis (27/7).

"Kan sudah jelas dari Pak Prabowo. Dari pertemuan saya, Pak Presiden, dan Pak Prabowo di Bogor untuk menguatkan industri pertahanan," jelas Erick, di Persija Training Ground, Bojongsari, Depok, Jawa Barat, kemarin.

"Itu sebabnya, saya bawa Pak Rosan ke Pak Prabowo. Karena industri pertahanan di bawah Pak Rosan," sambungnya.

Menurut Erick, selain ekonomi, ke depan, sektor keamanan juga tidak kalah pentingnya. "Faktor defense ini penting, karena bagaimana ekonomi mau tumbuh kalau di dalam negeri tidak aman," ujar Ketua Umum PSSI ini.

Baca juga : Pilih Cawapres, Ganjar dan Anies Banyak Syaratnya

Bagaimana dengan urusan Cawapres? Erick menghormati pihak-pihak yang mendorongnya maju Cawapres. Namun, kata dia, ada 4 syarat sebelum dirinya bersedia dilamar sebagai Cawapres.

Pertama, Erick ingin mengetahui koalisi dan komitmen kerja sama di dalamnya. Terlebih, saat ini belum ada koalisi yang terbentuk secara permanen.

Kedua, Erick hanya mau mendampingi bakal Capres yang telah memiliki chemistry dengan dirinya. "Saya tidak mau jadi bagian. Misalnya, harus dipaksa kawin, jangan. Nggak enak juga," tegasnya.

Menurut Erick, chemistry menjadi salah satu faktor penting untuk memimpin Indonesia. Sebab, pemerintahan selanjutnya memiliki pekerjaan rumah yang cukup banyak. Salah satunya, bekerja keras mengeluarkan Indonesia dari jebakan negara dengan pendapatan menengah atau middle income trap.

Saat ini, rata-rata pendapatan per kapita penduduk Indonesia adalah 4.600 dolar AS. Hingga akhir masa pemerintahan Jokowi, pendapatan per kapita diprediksi akan naik ke angka lebih dari 5.000 dolar AS. Pemimpin selanjutnya punya tugas dalam lima atau 10 tahun untuk menaikkan pendapatan per kapita menjadi 10 ribu dolar AS. 

"Supaya kita tidak terjebak dari ekonomi menengah yang terkunci ketika penduduk Indonesia seperti di Jepang. Di mana yang tua makin banyak. Nah ini realita, jadi perlu ada chemistry," tutur Erick. 

Syarat ketiga, Erick ingin melanjutkan program-program pemerintahan Jokowi. Pasalnya, keberlanjutan program adalah kunci untuk mempercepat pembangunan Indonesia. 

Keempat, Erick mengaku tidak ingin menjadi bagian dari sebuah pemerintahan yang hanya mengejar kekuasaan dan tidak ada hasil kerjanya buat bangsa dan negara. Apalagi, pemerintahan yang membuat rakyat sengsara. 

Baca juga : Dikomporin, Gibran Nggak Kepancing

"Lebih baik tetap, seperti yang selalu saya bilang. Saya siap di dalam Pemerintah. Saya siap di luar Pemerintah, kembali ke swasta," imbuhnya.

Namun, Erick enggan menyebut tengah membangun chemistry dengan siapa. Ia pun mengaku telah bertemu banyak pihak dan tokoh, tetapi semua itu sebatas masalah pekerjaan. Termasuk dengan Anies Baswedan, bakal calon presiden yang telah diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Begitu juga ketika bertemu dengan Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah yang telah dideklarasikan bakal capres dari PDIP, Sabtu (8/7). Dengan Ganjar, Erick mengaku membahas mengenai penanganan stunting. 

“Kemarin sama Pak Ridwan Kamil di Bandung bicara kereta cepat. Salah satunya perbaikan Tegalluar supaya nanti dari Jakarta-Bandung berhenti di Tegalluar harus ada penjemputan kendaraan," aku Erick. 

Sekadar informasi, Erick mendapat banyak dukungan dari masyarakat untuk menjadi Cawapres. Tercermin dari berbagai hasil survei. Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) periode 1-8 Juli, elektabilitas Erick tembus 21,2 persen. Unggul dibandingkan Ridwan Kamil (Emil) 19,5 persen, dan Sandiaga Uno 17,5 persen.

Ipsos Indonesia juga merilis hasil surveinya periode 7-12 Juli. Hasilnya tak jauh beda. Erick di peringkat pertama dengan elektabilitas 25,74 persen, kemudian ada Emil 19,08 persen, Sandi 17,80 persen, Mahfud MD 7,71 persen, dan Agus Harimurti Yudhoyono 6,85 persen.

Berdasarkan The Matchmaker detikcom periode 13-20 Juli, Erick kembali jadi Cawapres pilihan masyarakat untuk mendampingi Ganjar atau Prabowo. Cawapres untuk Ganjar, Erick dapat 81 suara, Sandi 55 suara, dan Mahfud 42 suara. Sementara Cawapres favorit untuk Prabowo, Erick dapat 81 suara, Muhaimin Iskandar 57 suara, dan Mahfud 56 suara.

Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi setuju dengan keinginan Erick. PAN, kata dia, sejak awal mengusung Erick sebagai Cawapres, juga tak mau ada kawin paksa. Antara Capres dan Cawapres yang akan diusung harus terbangun chemistry yang baik.

Baca juga : Ditarik Ke Sini Senyum, Ditarik Ke Sana Senyum

"Kesamaan visi, pandangan, pemikiran, serta kenyamanan dalam berpasangan adalah hal penting dalam mewujudkan Indonesia baru, jika seandainya nanti dipilih oleh rakyat di Pilpres," terang Viva, saat dihubungi Rakyat Merdeka, semalam.

Menurutnya, Erick berpotensi menjalin chemistry dengan bakal Capres yang ada. Mengingat, semua bakal Capres belum memiliki pasangan, masih melakukan pendekatan dan komunikasi dengan bakal Cawapres dan pimpinan partai.

"PAN belum memutuskan paslon. Dalam waktu yang tepat, paslon yang diusung PAN akan diumumkan secara resmi oleh Bang Zulkifli Hasan. Ditunggu ya dengan kesabaran," pesan Viva.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai, kawin paksa dalam mengusung Capres-Cawapres memang tak bisa dihindari. Kebiasaan yang ada, parpol baru memutuskan Capres-Cawapres yang diusungnya kerap di menit-menit akhir.

"Kawin paksa untuk Capres-Cawapres hal biasa. Karena pemasangan membaca soal peluang dan elektabilitas. Terlebih jika pasangan di antaranya bukan dari kalangan partai, tentu ada nuansa dipaksa," ulas Dedi.

Namun, akan kawin dengan siapa Erick di Pilpres 2024, Dedi menilai, itu tergantung Jokowi. Erick akan ikut arah angin sesuai dengan telunjuk Jokowi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.