Dark/Light Mode

Pakai Jurus Carbon Capture Storage

Prof Emil: Agar Udara dan Lingkungan Jadi Bersih

Sabtu, 18 November 2023 07:15 WIB
Prof H Emil Salim, MA, PhD [kiri] dan Dr Belladonna Troxylon Maulianda [Foto-foto: Rizki Syahputra/Rakyat Merdeka/RM.id]
Prof H Emil Salim, MA, PhD [kiri] dan Dr Belladonna Troxylon Maulianda [Foto-foto: Rizki Syahputra/Rakyat Merdeka/RM.id]

 Sebelumnya 
Sementara Direktur Eksekutif Indonesia Carbon Capture and Storage Center (ICCSC), Dr Belladonna Troxylon Maulianda menjelaskan, secara sederhana, Carbon Capture and Storage (CCS) adalah menangkap emisi atau polusi dari sumber-sumber emisi atau CO2, seperti pembangkit listrik, industri dan sebagainya.

Lalu, diproses lebih lanjut, ditransportasikan, lalu disimpan di bawah tanah. “Tujuannya, agar Indonesia bersih dari emisi,” ujar pakar energi, dengan pengalaman lebih dari 18 tahun bekerja di perusahaan energi internasional dan pusat penelitian di Kanada, Skotlandia, Malaysia dan Indonesia ini, kepada Rakyat Merdeka & RM.id di tempat yang sama.

Baca juga : Pj Gubernur Agus Fatoni Dapat Gelar Adat Suttan Mangku Keresidenan OKU Timur

Tujuan kedua, lanjutnya, untuk membawa investasi atau memberikan pendapatan tambahan kepada Indonesia. Karena ini bisa membuka sekitar 25 ribu sampai 50 ribu lapangan kerja per tahun. Belum lagi bisa menumbuhkan industri-industri baru yang sifatnya low carbon solution product, yang harga produk ini akan lebih mahal.

Seperti diketahui, terus meningkatnya permintaan energi dan ketergantungan Indonesia pada energi berbahan bakar fosil, memicu meningkatnya emisi CO2 per kapita Indonesia, jadi salah satu yang tertinggi di dunia.

Dr Belladonna Troxylon Maulianda, Direktur Eksekutif ICCSC [Foto: Rizki Syahputra/Rakyat Merdeka/RM.id]

Baca juga : Peta Keberlanjutan Yang Diusung Danone Sasar Produk, Lingkungan Hingga Pekerja

Tingkat emisi Indonesia saat ini, menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap risiko iklim, dengan tingkat paparan tinggi terhadap banjir dan suhu ekstrem. Perubahan iklim juga mengancam ketahanan pangan, membahayakan perikanan dan produksi pertanian.

Hal ini diingatkan ICCSC di laman resminya, mengutip data Asian Development Bank (ADB) 2021. Masalahnya, menurut data Institute for Essential Services Reform (IESR), hingga kini, sumber energi Indonesia masih bergantung pada energi fosil sekitar 86 persen.

Baca juga : Sebaiknya Gibran Tolak Tawaran Jadi Cawapres

Di sinilah ICCSC hadir. Dibentuk dan diresmikan di Jakarta, pada 30 Mei 2023, ICCSC berupaya memfasilitasi pengembangan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS). Hal ini dilakukan melalui studi komprehensif di bidang keuangan, teknologi dan peraturan, sekaligus membina kolaborasi antar pemangku kepentingan CCS dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap aktivitas industri CCS.

Meski Indonesia sudah terus berupaya melakukan transisi energi, tapi proses itu tentu tak bisa dilakukan sekaligus. “Mengingat sumber energi fosil di Indonesia juga masih melimpah, jadi proses ini memang harus dilakukan secara perlahan,” pungkas Bella. (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.