Dark/Light Mode

Nyamuk Bionik Wolbachia Bisa Bikin Radang Otak? Cek Faktanya Di Sini

Senin, 20 November 2023 18:54 WIB
Ilustrasi nyamuk (Foto: Net)
Ilustrasi nyamuk (Foto: Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Berbagai pertanyaan tentang nyamuk wolbachia, masih terus mengemuka. Kali ini, muncul pertanyaan, apakah nyamuk wolbachia atau nyamuk bionik yang juga beken dengan nama nyamuk Bill Gates dapat menyebabkan radang otak?

Terkait hal ini, dr. Adam Prabata, dokter umum yang aktif mengedukasi masyarakat via Instagram menjelaskan, radang otak yang disebabkan oleh nyamuk (Japanese encephalitis) ditularkan oleh nyamuk Culex tritaerniorhynchus).

Penderitanya mengalami gejala awal berupa demam, nyeri kepala, muntah.

Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi, mengalami gangguan sistem saraf berupa penurunan kesadaran, kejang, dan gangguan pergerakan.

"Japanese encephalitis disebabkan oleh Japanese encephalitis virus, bukan bakteri wolbachia. Bakteri wolbachia tidak menyebabkan penyakit pada manusia," jelas dr. Adam.

"Japanese encephalitis disebabkan oleh nyamuk Culex tritaeorhynchus. Bukan nyamuk Aedes aegypti," imbuhnya.

Baca juga : Cuaca Besok, Jakarta Akan Hujan Atau Panas? Cek Peringatan Dini BMKG Berikut Ini

Wolbachia yang merupakan bakteri alami dari 6-10 serangga, dapat melumpuhkan virus dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Sehingga, virus tersebut tidak menular ke dalam tubuh manusia.

Jika Aedes aegypti jantan ber-wolbachia kawin dengan Aedes aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.

Jika yang ber-wolbachia itu nyamuk betina, dan kemudian kawin dengan nyamuk jantan yang tidak ber-wolbachia, maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.

Nyamuk Wolbachia Aman

Peneliti Pusat kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada sekaligus anggota peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D menepis kekhawatiran sebagian masyarakat, yang menyebut wolbachia bisa menginfeksi tubuh manusia.

"Wolbachia tidak menginfeksi manusia. Tidak ada transmisi horizontal terhadap spesies lain. Bahkan, wolbachia tidak mencemari lingkungan biotik dan abiotik," jelas Riris via situs resmi UGM, Jumat (27/11/2023).

Riris memaparkan, penelitian teknologi wolbachia sudah dilakukan di Yogyakarta selama 12 tahun, sejak 2011. Dimulai dari tahapan penelitian fase kelayakan dan keamanan (2011-2012), fase pelepasan skala terbatas (2013-2015), fase pelepasan skala luas (2016-2020), dan fase implementasi (2021-2022).

Baca juga : KCIC Buka Lowongan Conductor Dan Senior Train Attendant, Cek Syaratnya Di Sini

"Di dunia, studi pertama Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) dilakukan di Yogyakarta dengan desain Cluster Randomized Controlled Trial (CRCT)," ujar Riris.

Studi AWED menunjukkan, nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia mampu menurunkan kasus dengue sampai 77,1 persen dan menurunkan rawat inap karena dengue hingga 86 persen.

Teknologi wolbachia untuk pengendalian Dengue telah direkomendasikan oleh WHO Vector Control Advisory Group sejak 2021.

Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menurunkan replikasi virus dengue, sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk tersebut sebagai vektor dengue.

Mekanisme kerja yang utama adalah melalui kompetisi makanan antara virus dan bakteri. Dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi virus, virus tidak dapat berkembang biak.

Mekanisme ini membuat wolbachia berpotensi menurunkan replikasi virus dengue di tubuh nyamuk. Sebab, nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia bukanlah organisme hasil modifikasi genetik.

Baca juga : Pengamat: Duet Andika-Ganjar Bisa Bikin Efek Ledak

Bakteri wolbachia yang dimasukkan ke dalam tubuh Aedes aegypti, identik dengan wolbachia yang ada di inang aslinya: Drosophila melanogaster.

“Perlu diketahui, nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia bukan hasil modifikasi genetik,” terang Riris.

Hasil analisis risiko yang diinisiasi oleh Kemenristekdikti dan Balitbangkes, Kemenkes pada tahun 2016 dengan membentuk 20 orang anggota tim independen dari berbagai kepakaran menyebutkan, nyamuk wolbachia memiliki tingkat risiko rendah bagi manusia dan lingkungannya.

“Pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia masuk pada risiko sangat rendah. Dalam 30 tahun ke depan, peluang peningkatan bahaya dapat diabaikan,” ucap Riris.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.