Dark/Light Mode

Kasus Pneumonia Anak Di China Meningkat, Prof. Tjandra Usulkan 5 Hal Ini

Selasa, 28 November 2023 21:47 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Profesor Pulmonologi & Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Tjandra Yoga Aditama menyoroti peningkatan kasus pneumonia yang meningkat sejak pertengahan Oktober 2023. Seiring mulainya musim dingin di belahan utara. Termasuk, China.

Pada 13 November 2023, China melaporkan peningkatan kasus infeksi saluran pernafasan, terutama pada anak-anak.

Pemerintah China menjelaskan, hal itu terjadi akibat melonggarnya aturan terkait Covid dan faktor datangnya musim dingin.

"Diduga, patogen penyebabnya bukanlah organisme baru. Melainkan penyebab penyakit yang sudah dikenal selama ini seperti Mycoplasma pneumoniae, respiratory syncytial virus (RSV) dan sebagainya. Tentu, mungkin juga Covid-19, meski belum pasti," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Selasa (28/11/2023).

Baca juga : Menyusuri Jejak Mandela Di Johannesburg, Prof Tjandra: Tak Ada Yang Tak Mungkin

Tanggal 22 November 2023, muncul berita tentang pneumonia yang tidak terdiagnosis (undiagnosed pneumonia) pada anak-anak di Beijing.

Atas berita tersebut, WHO meminta China memberikan data lebih lengkap terkait data epidemiologis, klinis, dan laboratorium.

Setelah itu, pada 23 November 2023, WHO mengadakan rapat khusus bersama China untuk membahas hal tersebut.

Dari hasil rapat, terungkap adanya peningkatan kasus pneumonia karena Mycoplasma pneumoniae sejak Mei 2023. Serta akibat RSV, adenovirus dan influenza virus sejak Oktober 2023.

Baca juga : 6 Tim Wirausaha Sosial Dari 5 Negara Menangkan Program Global YSE

Saat ini, WHO merekomendasikan peningkatan perhatian terhadap pneumonia tersebut. Tindakan preventif menjaga kebersihan, risiko kokntak dan penularan harus terus diupayakan. Begitu juga vaksinasi influenza, yang sudah berjalan selama ini.

Sambil menunggu perkembangan, WHO meminta China terus bekerja sama memonitor perkembangan, dengan memberikan data-data selengkapnya. Supaya bisa segera terdeteksi, bila ada masalah di luar yang sudah disimpulkan.

Merespons situasi ini, Prof. Tjandra menyampaikan 5 hal yang perlu dilakukan di negara kita.

"Pertama, kita perlu mengikuti informasi akurat, tentang apa yang terjadi di China, baik dari WHO atau KBRI kita. Kedua, kita perlu meningkatkan surveilan ILI (Influenza Like Illness) dan SARI (severe acute respiratory infection) untuk deteksi dini, kalau-kalau ada peningkatan kasus," papar Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI.

Baca juga : Milad ke-65, Unisba Genjot Program Studi Unggulan dan Inovasi

Ketiga, meningkatkan pengawasan di pintu masuk negara, khususnya terhadap traveler dari China.

Keempat, memperkuat pemeriksaan laboratorium mikrobiologi dan biomolekuler untuk deteksi kasus.

Kelima, memperkuat tenaga kesehatan dan sarana prasarana pelayanan kesehatan pneumonia.

"Untuk point 4 dan 5, jika dilakukan, akan baik untuk kemungkinan pneumonia yang terjadi saat ini. Bisa juga untuk masalah kesehatan mendatang," pungkas Prof. Tjandra.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.