Dark/Light Mode

Pemikiran Denny JA Soal Agama Dibahas Mahasiswa IAIN Belitung

Jumat, 22 Desember 2023 20:00 WIB
diskusi buku Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google di IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik, Bangka Belitung. (Foto: Ist)
diskusi buku Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google di IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik, Bangka Belitung. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mahasiswa IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik (SAS) Bangka Belitung membedah pemikiran Denny JA tentang agama.

Acara dilakukan pada diskusi buku Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google. Tampil sebagai narasumber Penulis Buku Denny JA Ahmad Gaus dan Dosen IAIN SAS Dr. Zaprulkhan.

Di hadapan peserta yang hadir, Gaus menceritakan, ia telah menulis pemikiran tokoh-tokoh besar Islam dalam berbagai buku seperti Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, Buya Syafii Maarif, dll. Mereka adalah tokoh-tokoh pencerahan karena pemikiran mereka mengubah paradigma dan menawarkan sesuatu yang berbeda. 

Baca juga : Pemikiran Denny JA Dipandang Sebagai Mazhab Baru Sosiologi Agama

Pemikiran Islam yang berkembang di luar itu, menurut Gaus, cenderung mengikuti arus utama, sehingga memperkuat konservatisme. Praktis setelah era Cak Nur, Gus Dur, Buya Syafii, dan gerakan semacam Islam liberal, kita tidak menemukan lagi pemikiran yang mendobrak. Wacana keagamaan menjadi stagnan. 

“Untunglah saya kemudian membaca pemikiran Denny JA yang benar-benar berbeda dari pemikiran siapapun sebelumnya. Inilah yang disebut pencerahan,” ujar Gaus. 

Ia melanjutkan, pandangan Denny JA bahwa agama-agama merupakan warisan bersama umat manusia adalah pemikiran baru yang akan mengubah kesadaran umat manusia dalam memandang perbedaan dan sekaligus memosisikan agama mereka di hadapan agama-agama lain. 

Baca juga : Sembuh, Ivan Jenner Siap Tampil Di Piala Asia

“Ini terobosan yang luar biasa dalam pemikiran keagamaan di luar perspektif teologi. Di masa depan pandangan ini akan menjadi tesis besar dan akan terus bergulir memengaruhi diskursus keagamaan dan perdamaian. Harusnya ini diadopsi oleh pemerintah yang sekarang sedang gencar mengkampanyekan moderasi beragama,” tambahnya. 

Kata dia, pemikiran Denny JA bahwa agama merupakan warisan kultural milik bersama umat manusia, menurut Gaus, menjadi jalan keluar dari kebuntuan teologi yang selama ini mempersepsi agama sebagai kebenaran mutlak. Pandangan teologis inilah yang telah menyumbang pada kekerasan berdarah sepanjang sejarah.

Sementara, Zaprulkhan menegaskan, pemikiran Denny JA membersitkan optimisme tentang masa depan agama. Jika selama ini para pemikir progresif terlalu keras mengkritik konservatisme, maka yang terjadi justru arus balik. 

Baca juga : Denny JA: Orkestra Perkusi Gilang Ramadhan Layak Dibawa Keliling Dunia

Salah satu inti pemikiran Denny JA yang cukup menarik, ungkap Zaprulkhan, adalah iman berbasis riset. Pendekatan riset, dalam hal ini, riset kuantitatif dalam keberagamaan diperlukan agar keimanan kita tidak berpijak pada kepercayaan buta semata. 

Dengan kata lain, pendekatan kualitatif perlu diperkaya dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan riset. Sebab salah satu signifikansi pendekatan kuantitatif atas fenomena agama dapat menumbuhkan proses pendewasaan hidup beragama.

Begitu pula dengan paradigma inklusif dalam memandang agama sebagai warisan kultural milik bersama umat manusia, bukan paradigma eksklusif yang hanya memandang agama sendiri sebagai satu-satunya kebenaran dan menafikan eksistensi berbagai agama-agama lainnya. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.