Dark/Light Mode

Lindungi Keluarga dari Dengue Merupakan Tugas Bersama

Kamis, 1 Februari 2024 18:22 WIB
Diskusi Publik Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue. (Foto: Istimewa)
Diskusi Publik Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam upaya memperkuat pengendalian serta pencegahan dengue di Indonesia, Farid Nila Moeloek Society (FNM Society) bekerja sama dengan Bio Farma dan PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan Diskusi Publik “Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue”. Acara ini dihadiri lebih dari 500 peserta, baik secara daring maupun luring, dan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan terkait.

Dengue atau biasa kita kenal dengan DBD, merupakan penyakit dengan urgensi yang tinggi di Indonesia. Semua orang memiliki risiko yang sama untuk terjangkit, terlepas dari usia, strata sosial, atau di mana mereka tinggal. Penyakit ini dapat sangat berbahaya karena menyebabkan kematian. Sampai saat ini, belum ada pengobatan khusus yang spesifik untuk mengobati DBD.

Untuk itu, dibutuhkan sinergi yang kuat di antara seluruh pemangku kepentingan, serta peran aktif masyarakat untuk dapat menanggulangi DBD secara menyeluruh. Hal ini perlu dilakukan dari satuan unit terkecil di masyarakat, yaitu keluarga. Keluarga memegang peranan yang krusial dalam pencegahan penyebaran virus dengue dan meningkatkan perlindungan terhadap komunitas.

Ketua dan Pendiri FNM Society, Prof Nila Djuwita FA Moeloek mengatakan, acara ini dilakukan guna mengaktivasi peran dari masyarakat dalam memperkuat langkah-langkah pencegahan DBD di tingkat terkecil, yaitu keluarga, sebelum dapat menggerakkan yang lebih besar di tingkat nasional. 

“Apalagi, semua orang berisiko terkena DBD. Oleh karena itu, melalui acara diskusi publik hari ini, kami melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait untuk berdiskusi dan bersama-sama mencari solusi dalam pencegahan penyakit dengue,” ucapnya, dalam keterangan yang diterima redaksi, Kamis (1/2).

Baca juga : Kejuaraan Asia Beregu, PBSI Turunkan Lapis Kedua

Prof Nila menambahkan, beban yang ditimbulkan penyakit DBD berdampak signifkan, baik secara sosial maupun ekonomi. Pasien yang terlambat ditangani dapat berakibat fatal, bahkan menyebabkan kematian, dan hal ini berisiko lebih tinggi pada anak-anak.

“Kalau sudah begitu, bukan hanya keluarga yang dirugikan, mulai dari biaya yang dikeluarkan, rasa cemas dan khawatir, tetapi apabila terjadi secara luas bisa menimbulkan kerugian pada negara,” ucap mantan Menteri Kesehatan ini.

Menurut Wakil Menteri Kementerian Kesehatan Prof Dante Saksono Harbuwono menambahkan, dalam 10 tahun terakhir, kasus dengue/DBD di Indonesia meningkat seiring dengan pergantian iklim. Biasanya mulai naik di November, dan puncaknya terjadi sekitar Februari. Apalagi dengan suhu panas yang sekarang dibawa El Nino.

“Oleh karena itu, Indonesia menjadi salah satu dari 30 negara endemik dengan kasus tertinggi. Sebagian besar kabupaten/kota mempunyai incidence rate >10/100.000, tetapi ada 26 kabupaten/kota yang sudah mencapai incidence rate >10/100.000,” terangnya.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, Pemerintah melalui RPJMN 2020-2024 berkomitmen untuk mengendalikan DBD sebagai bagian dari strategi peningkatan pengendalian penyakit, yang mencakup aktivitas seperti: pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit; penguatan health security; peningkatan cakupan penemuan kasus dan pengobatan; serta pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian penyakit dan penguatan sanitasi total berbasis masyarakat.

Baca juga : Bapanas dan Inkowapi Kolaborasi Optimalkan Gerakan Pangan Murah

Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Prof Erni Juwita Nelwan menekankan pentingnya proteksi yang lebih luas mengingat virus dengue dapat menyerang anak-anak hingga dewasa bahkan lansia.

“Intervensi terhadap infeksi dengue harus dilakukan secara komprehensif, yakni terhadap agent, host, serta environment-nya. Vaksinasi menjadi metode yang sangat penting untuk membantu memberikan perlindungan lebih baik dari ancaman keparahan DBD, yang ada saat ini bisa diberikan bagi kelompok usia 6-45 tahun,” ucapnya. 

Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI Prof Hartono Gunardi menambahkan, jumlah kasus DBD di 2022 dapat ditemukan pada seluruh kelompok usia, dengan 35 persen ditemukan pada rentang usia 5-14 tahun. Angka kematian akibat DBD tertinggi dilaporkan terjadi pada kelompok anak-anak usia 5-14 tahun atau 45 persen dari seluruh kelompok usia.

“Anak-anak rentan terinfeksi dengue karena mereka berada dekat dengan populasi nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, waktu aktif nyamuk bersamaan dengan jadwal aktivitas anak-anak pada umumnya, yaitu pada siang hari dengan puncaknya pukul 08.00–13.00 serta 15.00–17.00. Oleh karena itu, IDAI telah mengeluarkan rekomendasi vaksinasi dengue bagi anak-anak, yang berisi 4 antigen dari 4 serotip virus dengue,” jelas Prof Hartono.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht, menyatakan komitmen Takeda sebagai mitra aktif dari Kementerian Kesehatan dalam edukasi dan pencegahan DBD di Indonesia. Kata dia, pendekatan yang terintegrasi sangat diperlukan dalam penanganan dan pencegahan DBD di Indonesia.

Baca juga : Ajeungan Muda dan Santri di Karawang Siap Menangkan Prabowo-Gibran

“Oleh karena itu, Takeda berkomitmen untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan guna mendorong kesadaran masyarakat akan bahaya dengue dan juga pentingnya pencegahan yang inovatif untuk melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena dengue. Kami sangat gembira dan berterima kasih kepada FNM Society atas kolaborasi yang luar biasa pada acara diskusi publik hari ini, sebagai upaya memperkuat peran serta keluarga dan masyarakat untuk mencapai target ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030,” ucapnya.

Andreas juga mengajak para pengusaha, masyarakat, serta pemerintah untuk bersama-sama berkomitmen, lebih aktif dalam melakukan edukasi pencegahan DBD dengan 3M Plus, serta mendapatkan informasi intervensi inovatif dari tenaga kesehatan, salah satunya melalui vaksin DBD.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.