Dark/Light Mode

Pasca Pemilu

Pakar Psikologi: Saatnya Kembali Ke Rutinitas, Jangan Ribut Di Medsos

Senin, 19 Februari 2024 21:41 WIB
Ilustrasi cara memilih di Pemilu 2024. (Foto: Rizki Syahputra/RM)
Ilustrasi cara memilih di Pemilu 2024. (Foto: Rizki Syahputra/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Situasi di medsos baik di platform TikTok, Instagram, Facebook, X dan YouTube masih panas dan masyarakat saling membela pasangan Capres dan Cawapresnya pasca Pemilihan Umum (pemilu) pada Rabu 14 Februari 2024.

Masyarakat juga banyak terpolarisasi dengan hasil hitung cepat pemilu 2024.

Menyikapi hal ini, Pakar Psikologi Komunikasi Dr. Almadina Rakhmaniar, menilai perlunya relaksasi kepada masyarakat.

"Kita ambil filosofinya bertarung, jadi apapun yang terjadi kita siap bertarung dan hasilnya ada dua, yakni menang atau kalah. Jika calon presiden yang kita pilih kalah harus legowo," kata Almadina Rakhmaniar.

Baca juga : Nasabah Mekaar Disiplin Bayar Angsuran Ini Dipuji Presiden Jokowi

Almadina mengakui, keingin tahuan masyarakat mengenai negara sangat tinggi. Masyarakat ingin tahu apakah akan ada perubahan jika presiden A misalnya yang terpilih.

Dalam situasi fanatisme berlebihan pasca pilpres 2024, dia meminta masyarakat segera memulihkan secara mandiri agar tak terfokus pada pilpres di media sosial.

"Masyarakat Indonesia harus kembali ke realistis kehidupan sehari-harinya," katanya.

Untuk itu, dia mengingatkan agar masyarakat melihat media sosial sebagai bahan informasi, dan jangan dijadikan pijakan.

Baca juga : Ketua PBNU: Pemilu Pintu Menyamai Kebajikan, Jangan Golput!

Pakar Psikologi Komunikasi Universitas Pasundan ini pun memberi cara kepada masyarakat agar bisa kembali normal, pasca pilpres 2024, agar psikologi tetap terjaga.

"Kita terapi yang simple, jadi setiap individu merelaksasi dirinya ke hati dan pikirannya. Lalu kalaupun kita harus konsultasi dengan Ahli, cukup mencari teman bicara yang bisa menampung semua isi pembicaraan," jelas Almadina.

Selain itu, bisa juga kembali menekuni hobi lama, lalu melihat konten soal hobinya.

"Ini sebetulnya akan meredam, karena terlalu berlebihan juga tidak baik, karena akan berdampak balik lagi ke diri sendiri," jelasnya.

Baca juga : 240 Ribu Lebih Petugas Pemilu Punya Resiko Penyakit, Moeldoko: Jangan Teledor!

Dia mengakui, masyarakat saat ini sangat cepat menilai situasi politik karena era keterbukaan yang masif melalui media sosial.

"Nah ini ada dua kategori masyarakat, apakah sudah kuat secara mental menyikapi isu politik di media sosial, atau kesehatannya terganggu."

Untuk itu, Almadina mengajak masyarakat Indonesia bahwa apa yang terjadi hari ini melalui media sosial khususnya masa pemilu, harus dilihat sebagai awal membangun bangsa.

"Kita harus bisa mengendalikan pikiran kita yang dilakukan oleh kita. Bukan tidak boleh memikirkan negara, kita harus mengambil pikiran kita mau bagaimana. Pun kita mikir negara tetap kita harus kembali ke kehidupan kita sehari-hari," paparnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.