Dark/Light Mode

Kasus Kekerasan Di Sekolah Kedinasan Berujung Kematian

Budaya Plonco Dan Bully Kok Malah Subur

Selasa, 7 Mei 2024 07:25 WIB
Tersangka penganiayaan ter­hadap taruna STIP. (Foto: Istimewa)
Tersangka penganiayaan ter­hadap taruna STIP. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Terpisah, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan Pendidikan (Puskapdik) Satibi Satori mendesak adanya evaluasi total tata kelola sekolah kedinasan.

Sebab, kata dia, secara nor­matif payung hukum seko­lah kedianasan diatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Perguruan Tinggi oleh Kementerian lain dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian.

Menurut Satibi, regulasi tersebut tak memberi ruang kepada Kemendikbudristek untuk melakukan pengawasan dan penjaminan mutu lembaga pendidikan. Kemendikbudristek hanya memberi izin, tidak me­miliki ruang pengawasan dan evaluasi, apalagi membubarkan sekolah kedinasan.

“Hadirnya sekolah kedinasan melahirkan fenomena dualisme regulator di bidang pendidi­kan. Dualisme antara instansi penyelenggara pendidikan dan Kemendikbud. Di sisi yang lain, dalam sekolah kedinasan menjadi penghambat tujuan pendidikan nasional,” ujarnya.

Baca juga : Polusi Di Jakarta Rawan Naik Lagi

Di media sosial X, kasus kematian yang terjadi di STIP Jakarta, menuai beragam so­rotan.

“Sekolah yang terjadi tin­dak pembunuhan seharusnya dibubarkan. Jika (pembunuhan) terjadi di kawasan sekolah, pihak sekolah punya tangung jawab atas pengawasan dan keselamatan siswanya. Jadi, ini jangan cuma sampai di pelaku doang,” ujar akun @ZZaxian.

Akun @Bocahcu2024 me­minta kementerian yang me­miliki sekolah kedinasan, rajin memantau kegiatan belajar dan di luar belajar para siswanya. Menurut dia, pengawasan itu penting dilakukan, agar tidak ada siswa yang arogan atau melahirkan budaya menyimpang seperti kekerasan.

“Pengawasan, wajib diperha­tikan. Sebab, dalam sekolah ke­dinasan kadang banyak oknum. Mereka hanya ngabisin sawah orang tua buat pendidikannya, tapi otaknya nggak dipakai buat mikir,” cetusnya.

Baca juga : Paris Saint-Germain Vs Borussia Dortmund, Bawa Misi Kebangkitan

Sementara, akun @Reogfield mengatakan, terulangnya kasus kekerasan berbasis senioritas dan perploncoan di sekolah milik pemerintah, membuat dia bertanya-tanya soal pendidikan ideologi dan pembangunan kara­kter di sekolah.

“Budaya plonco dan bul­ly malah subur di sekolah mi­lik pemerintah. Ini ada apa? Bagaimana penanaman ideologi di sana?” tanyanya.

Akun @d380no mengaku menunggu pertanggungjawaban kepala sekolah dan seluruh pen­gajar di STIP.

“Kalau kasus ini terjadi di Korea atau Jepang, minimal pe­jabat pendidikan tingkat kotanya sudah auto mengundurkan diri,” katanya.

Baca juga : Lawan Sakit, Rublev Jawara

Artikel ini tayang di Rakyat Merdeka Cetak edisi Selasa, 7 Mei 2024 dengan judul Kasus Kekerasan Di Sekolah Kedinasan Berujung Kematian, Budaya Plonco Dan Bully Kok Malah Subur

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.