Dark/Light Mode

Buang Cabe Di Jalan

Petani Ngambek, Teriak Tolong Didengarkan Ya!!

Senin, 14 Januari 2019 11:15 WIB
ratusan
petani meluapkan kekesalan dan kemarahan dengan melakukan aksi membuang cabe merah di Jalan Raya Demak-Purwodadi, (Foto: IG@petanicabai)
ratusan petani meluapkan kekesalan dan kemarahan dengan melakukan aksi membuang cabe merah di Jalan Raya Demak-Purwodadi, (Foto: IG@petanicabai)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kesal, jengkel dan frustrasi. Mungkin itulah gambaran yang ada di benak para petani cabe dari Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Bagaimana tidak marah, harga cabe yang biasanya mencapai 20 hingga 25 ribu per kilo, saat ini hanya dibeli dengan harga 7 ribu per kilo.

Dengan harga segitu, jangankan untuk mendapatkan untung banyak. Sekedar membeli bibit cabe lagi dan pupuk saja tidak mencukupi. Bahkan, sangat kurang.  Akibat harga cabe yang anjlok itu, ratusan petani meluapkan kekesalan dan kemarahan dengan melakukan aksi membuang cabe merah di Jalan Raya Demak-Purwodadi, Jumat (11/1) sore. 

Ratusan petani itu secara bergiliran menghambur-hamburkan cabe merah ke jalan. Akibatnya, jalan yang dilewati sepeda motor dan mobil dipenuhi cabe yang terlindas.  Ridwan, salah seorang petani cabe mengakui, aksi membuang cabe ke jalan sebagai bentuk protes kepada pemerintah ini dilakukan para petani yang merasa dirugikan dengan harga jual yang sangat rendah. 

Ia membeberkan, untuk biaya bibit dan perawatan saja sampai 40 ribu. “Lha ini malah dihargai 7.000 rupiah. Kita mau memberi makan keluarga bagaimana?” ujar Ridwan mengeluh.  Sugiyono menimpali pernyataan Ridwan. Katanya, rendahnya harga jual cabe lokal ini, dituding dampak dari impor cabe yang dilakukan pemerintah. Cabe import dari Philipina dan Thailand yang beredar di pasar tradisional, dinilai menyengsarakan petani cabe lokal. 

Baca juga : Hentikan Politik Uang, Rakyat Bukan Barang!

Rendahnya harga ini sudah berlangsung sebulan terakhir. Untuk harga normalnya bisa 20 sampai 23 ribu rupiah. Iapun mendesak agar pemerintah turun tangan menstabilkan harga di pasaran. Sebab, jika tidak dilakukan stabilisasi harga, maka ratusan petani akan mengalami kerugian yang sangat besar. 

Aksi yang dilakukan oleh ratusan petani cabe itu tentu saja menuai banyak komentar dari warganet. Pro kontra pun terjadi. Ada yang mendukung, ada juga yang menyayangkan.  @ronavioleta langsung melontarkan nada kritikannya kepada pemerintah yang dianggap tidak pro terhadap kepentingan para petani. Salah satu kebijakan yang dikritik adalah adanya impor. 

“Rendahnya harga jual cabe lokal dituding dampak dari impor cabe yang dilakukan pemerintah. Cabe impor yang beredar di pasar tradisional dinilai menyengsarakan petani cabe lokal. Stop impor,” desaknya. 

Seirama, @Bocah_Fajar juga merasa aneh dengan kebijakan pemerintah yang tidak pro kepada rakyatnya. Akibatnya, tak hanya harga cabe yang anjlok, harga tanam karet anjlok, tanam sawit anjlok, tanam lada anjlok, tanam tebu anjlok. “Lha... Petani suruh tanam Jengkol sama Pete??” sindirnya.  Sama, @aripanggih menuding anjloknya harga-harga karena kesalahan pemerintah dalam mengelola negara. “Petani banyak yang ngeluh sama kebijakan impor pangan. Jagung beras impor, petani ngamuk-ngamuk. Di grup yang lain, Tomat dan cabe harga lagi anjlok, banyak dibuang karena harga gak nutup sama modal tanam,” bebernya. 

Baca juga : Santri Zaman Now Pintar Ngaji, Juga Melek Teknologi

@purwantoa6 mengatakan, masalah naik turun harga kebutuhan pokok itu sangat wajar. Tapi, tidak sepatutnya cabe dibuang-buang ke jalan. “Itu yang buang-buang cabe pasti senyum-senyum, seneng kalau jual cabe waktu   puasa menjelang lebaran.” 

Sementara, @abdulrouf85 mengungkapkan petani yang buang cabe itu namanya tidak bersyukur. “Saya juga anak petani, bapak ibu saya juga nanam cabe. Nggak panen lagi. So mari jadi petani bijak.. Di balik harga cabe yang murah, yang lain, yang gak nanem cabe seneng... Daripada dibuang dikasih yang membutuhkan kenapa??” usulnya. 

Lanjut, @anwark_chink menerangkan pemerintah memang dilema. Ketika harga naik disalahkan, harganya turunpun ikut disalahkan.  “Lucu juga sih, jika harga anjlok kenapa musti dibuang-buang, padahal masih bisa dijual dalam bentuk lain misal dikeringkan jadi bubuk cabe nilai jual lebih tinggi, dibuat saus juga bisa banyak cara mensiasati hal-hal seperti ini, bisa dijual dengan produk bernilai jual.” 

@Evarosd8 menimpali. Katanya, dalam situasi musim panen kadang harga pokok mengalami penurunan, sehingga wajar jika harga cabe juga turun. “Jadi serba salah, mahal teriak. Murah komplain,” katanya. 

Baca juga : Jokowi: Tolong Kejar & Terus Ingatkan Saya

Berikutnya, @muchanas_ mengusulkan kepada para petani agar tidak membuang cabe ke jalan, karena tidak mensyukuri nikmat. “Itu cabe daripada dibuang-buang mbok ya dikeringin. Dijual besuk pas mahal jadi cabe kering,” tutupnya. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.