Dark/Light Mode

ID-SIRTII Sebut Teknologi Cloud Nasional Mumpuni, Setara Dengan Asing

Sabtu, 29 Juni 2024 20:01 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua Tim Insiden Keamanan Internet dan Infrastruktur Indonesia (Indonesia Security Incident Response Team on Internet and Infrastructure/ID-SIRTII) Muhammad Salahuddien Manggalany menilai, teknologi cloud atau penyimpanan data yang disediakan perusahaan nasional, sama mumpuninya dengan milik perusahaan asing.

“Secara teknis, aspek teknologinya sama. Tidak ada perbedaan sama sekali,” kata Didien panggilan akrab Manggalany kepada wartawan, di Jakarta, Sabtu (27/6/2024).

Didien mengibaratkan penyedia layanan cloud sama seperti pemilik kos-kosan, yang menawarkan kamar. 

Apakah penyewa kos-kosan hanya menyewa kamar saja, atau ada fitur-fitur tambahan seperti membersihkan kamar atau pakaiannya.

Baca juga : Ganti BPIP Dengan Pansel Independen?

Jika penyewa kamar kos mengambil layanan tambahan seperti mencuci pakaian, maka setelah dicuci, penyimpanan pakaiannya diserahkan kepada penyewa.

Nah, kata Didien, hal yang sama juga terjadi pada penyedia layanan cloud. Dalam layanan ini dikenal dua sistem yang ditawarkan penyedia layanan cloud, yakni managed operations atau managed services.

Dalam  managed operations, penyedia layanan cloud hanya menyediakan infrastruktur an sich.

Berbeda, dalam pola managed services, penyedia layanan cloud mengelola secara rutin data, termasuk back up data dari penyewa.

Baca juga : MPR Bunyikan Lagi Amandemen

“Managed operations itu seperti perusahaan taksi yang menyediakan armada kendaraaan. Kalau managed services itu si perusahaan taksi menyediakan armada kendaraan, sekaligus juga melatih sopir-sopirnya,” jelas Didien.

Ia melihat, akar permasalahan terjadinya serangan ransomware karena pelaksanaan perawatan data, termasuk backup data, diserahkan ke tim PDNS dan masing-masing tenant dari Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Jadi kalau aneka fitur dan fasilitas backup tadi tidak diaktifkan atau tidak dikonfigurasi dengan benar, terjadilah insiden tersebut. 

"Karena kontrak ke vendor cloud dan jaringan hanya untuk sewa barang (infrastruktur) saja, tidak termasuk pengelolaan operasionalnya. Alias semua pengelolaan dilakukan sendiri oleh tim PDNS dan tenant. Vendor hanya jadi engineer panggilan technical support saja,” kata Didien.

Baca juga : EPPD Indramayu Peringkat 4 Nasional, Mendagri Serahkan Penghargaan ke Bupati

Akibatnya, walaupun sudah menerapkan teknologi Cloud yang mumpuni, tetapi implementasinya tidak maksimal.

Buktinya, tidak ada redundansi, atau kalaupun ada sepertinya tidak pernah diuji apakah kemampuan fail over, roll back dan recovery benar dapat terjadi ketika production system terganggu. Tidak ada SOP mitigasi yang valid sesuai standar best practices.

Artinya,  kata Didien, sebelum kejadian, tidak ada backup yang memadai yang dilakukan oleh para tenant PDNS. Atau ada backup, tetapi tidak berfungsi maksimal.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.