Dark/Light Mode

Dicecar DPR Soal Penghapusan UN

Nadiem Murah Senyum

Jumat, 13 Desember 2019 10:42 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim. (Foto: Patra Rizki Syaputra/Rakyat Merdeka)
Mendikbud Nadiem Makarim. (Foto: Patra Rizki Syaputra/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tak mau polemik penghapusan Ujian Nasional (UN) berkepanjangan, kemarin, Komisi X DPR memanggil Nadiem Makarim. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu dicecar pertanyaan oleh anggota DPR. Bukannya marah, Nadiem melayani semua kritikan dan cecaran itu dengan senyuman.

Nadiem tiba di ruang rapat Komisi X DPR sekitar pukul 2.30 siang. Ngaret setengah jam dari agenda yang dijadwalkan. Tiba di lokasi, Nadiem yang mengenakan batik lengan panjang merah marun, langsung disambut Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda dan wakilnya, Dede Yusuf.

Saat membuka rapat, Syaiful langsung to the poin. Ia minta Nadiem menjelaskan rencana menghapus UN. “Jangan sampai siswa-siswi kita jadi kelinci percobaan lagi,” kata Syaiful.

Setelah dipersilakan, Nadiem langsung memaparkan panjang lebar soal kebijakan barunya itu yang ia sebut sebagai konsep “Merdeka Belajar”. Dalam penjelasannya, dia mengatakan, tidak menghapus UN. Tapi menggantinya dengan asesmen dalam konsep “Merdeka Belajar”.

Konsep ini diambil dari esensi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Konsep ini diharapkan bisa membebaskan instansi pendidikan agar bisa berubah serta diharapkan bisa menjadi solusi agar anak-anak bisa berkreasi dan berinovasi.

Baca juga : PGN Sabet Penghargaan LHKPN Terbaik dari KPK

“Ini yang Indonesia butuhkan di masa depan. Mohon maaf, dunia tidak membutuhkan anak-anak yang jago menghafal,” kata Nadiem.

Konsep ini tengah digodok dan sedang digarap oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Nadiem meminta, semua pihak bersabar dalam waktu beberapa bulan ke depan untuk dimatangkan.

Dia juga menyayangkan, kritik-kritik yang disampaikan sejumlah pihak bahwa Nadiem coba-coba dalam mengubah sistem pendidikan. Menurut dia, satu-satunya cara untuk berinovasi adalah melakukan berbagai macam percobaan.

 “Saya harus bicara seperti ini sejujurnya. Inilah yang seharusnya terjadi, para guru harus diberikan kebebasan untuk mencoba hal-hal baru, dan tanpa itu kita tak akan maju sebagai negara, itu namanya inovasi,” paparnya.

Nadiem tengah menyiapkan empat rencana kebijakan yang meliputi perubahan pada Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.

Baca juga : Bisnis Herbal Melia Cetak Pengusaha Muda Milenial

UN akan diganti jadi metode asesmen kompetensi dan survei karakter yang terdiri dari 2 bagian, yaitu kemampuan bernalar menggunakan matematikan dan penguatan pendidikan karakter.

Nadiem kemudian membocorkan salah satu contoh soal penilaian kompetensi minimun yang mengacu ases men. Soal-soal ini tidak akan mem buat siswa menghapal, namun me lahirkan daya analisa berdasarkan suatu informasi.

“Makanya topiknya cuma dua, yakni kemampuan literasi dan kemampuan numerasi,” ujarnya.

Sebagian anggota masih tak puas dengan pemaparan Nadiem. Dalam sesi tanya jawab, Nadiem dicecar habis-habisan. Ada yang nada datar, tak sedikit dengan nada tajam. Tapi hal itu tak membuat wajah Nadiem jadi cemberut. Senyumnya masih mengembang. Setiap pertanyaan ia catat di buku yang dibawanya. Sebagian anggota menilai konsep yang dipaparkan Nadiem masih sepotong-sepotong. Tidak lengkap. Juga tidak dijelaskan langkah kesinambungan.

“Kalau UN dihapus, apakah jajaran Kemendikbud sudah siap,” kata Anggota Komisi X Adrianus Asia. “Saya harap Pak Menteri tidak buru-buru. Saya tidak setuju UN dihapus. Karena jika tidak disiapkan dengan matang, akan bikin berantakan semua sistem pendidikan kita,” timpal anggota Komisi X DPR, Sudewo.

Baca juga : Nadiem Putar Kaset Kusut

Sebelum maghrib, rapat ditutup dengan sejumlah kesimpulan. Pertama adalah Nadiem diminta untuk menyampaikan hasil kajian komprehensif kepada Komisi X DPR sebelum menjadi kebijakan pemerintah.

Di luar gedung parlemen, kritikan terhadap kebijakan Nadiem masih terus berdatangan. Salah satunya dari mantan Ketum PP Muhamadiyah Buya Syafii Maarif. Ia minta Nadiem melakukan kajian secara matang sebelum UN dihapus.

“Dikaji ulang secara mendalam melibatkan para pakar pendidikan yang mengerti betul-betul itu ya, jangan serampangan. Ini bukan Gojek. Ini soal pendidikan,” kata Buya, di Yogyakarta, kemarin.

Menurrut Buya. UN di berbagai negara tetap digunakan untuk menjaga standar mutu pendidikan. “Itu harus hati-hati, harus hati-hati, ndak segampang itu, harus hati-hati. Artinya, ditinjau dari segala perspektif ya. Sebab, di mana-mana ujian nasional ada untuk menjaga mutu. Jangan tergesa-gesa, jangan tergesa-gesa,” pungkasnya.[BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.