Dark/Light Mode

Dr Gun Gun Soal New Normal

Urusan Mulut Masih Amburadul

Sabtu, 6 Juni 2020 04:23 WIB
Dr Gun Gun Heriyanto. (Foto: ist)
Dr Gun Gun Heriyanto. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah menyiapkan protokol New Normal untuk berdamai dengan corona. Namun, sayangnya urusan mulut alias komunikasinya ke masyarakat masih amburadul. Sehingga pelaksanaan di lapangan bisa kacau.

Kajian mengenai komunikasi di tengah pandemi itu dibahas dalam Serial Webinar Rakyat Merdeka, yang digelar Senin (1/6) lalu. Webinar yang menghadirkan pakar komunikasi politik dan kebijakan Dr Gun Gun Heryanto itu bertajuk 'The New Normal, Pemerintah dan Masyarakat Sudah Siap Belum?’. Diskusi dipandu wartawan senior Rakyat Merdeka Budi Rahman Hakim.

Di awal diskusi, Gun Gun mereview komunikasi pemerintah dari perspektif publik, sejak virus corona mula-mula merebak di Wuhan, China, Desember tahun lalu. "Ada tiga stage perbincangan publik sebetulnya," kata Gun Gun.

Pertama, stage of brainstorming. Menurutnya, di tahap ini publik mulai tertarik membincangkan perkara virus tersebut di media mainstream hingga media sosial. Sayangnya, antara Januari hingga Februari, narasi yang dikendalikan pemerintah masih bolong-bolong.

Baca juga : Hadapi New Normal, Kemenperin Siapkan Stimulus Industri Manufaktur

"Saya melihat intensi untuk membangun understanding itu tidak terpenuhi dengan optimal. Misalnya kalau kita melihat Januari-Februari lebih banyak terkesan blunder-blunder," lanjutnya.

Kedua, di stage of consolidation. Di sini, emosi publik tampak sudah terpolarisasi. Mulai dari soal trust, hingga masuk ke wilayah politik. Ketiga, solid stage. Ini baru mengemuka di pertengahan Maret. "Kenapa tiga fase perbincangan publik ini bagi saya menarik di awal, karena itu terhubung dengan penyikapan publik atas New Normal yang kemudian mulai diramaikan dalam konteks wacana publik," jelas Gun Gun.

Founder Political Literacy Institute itu melanjutkan pembicaraannya mengenai New Normal. Ia mengurai tiga hal penting yang patut diperhatikan pemerintah sebelum New Normal diberlakukan. Pertama, soal timingnya. Kedua, soal kebijakannya. Ketiga, tentu menyangkut komunikasi kebijakan. "Itu yang menjadi perhatian saya," tuturnya.

Timing itu, lanjut dia, sangat penting. Bukan dalam perspektif tanggal atau kapan New Normal ini dimulai, tapi soal momentum apakah sudah siap atau belum. Dasarnya harus menggunakan indikator dan parameter yang jelas. Antara lain parameter epidemiologi.

Baca juga : Menteri LHK Luruskan Soal Deforestasi dan Hutan Primer

Ia meyakini, intensitas sosialisasi mengenai New Normal akan dimulai Juni ini. Sejauh ini, kata Gun Gun, orientasi publik terkait kenormalan baru masih meraba-raba. Apa itu kenormalan baru, formulanya, tahapannya, hingga kerawanan-kerawanan yang harus diantisipasi. 

Ia mengingatkan,  jangan sampai New Normal dimaknai publik sebagai pasca corona. Menurutnya, pemerintah tetap mengutamakan kesehatan di atas segalanya. 

"Karena nyawa tak tergantikan. Baru ditopang oleh upaya kita untuk menormalisasi ekonomi, meskipun itu bisa berjalan berbarengan. Namun tetap, kalau daerah itu belum sampai penurunan penularannya itu bisa terkendali jangan dipaksakan untuk kemudian melakukan kenormalan baru," tandasnya. 

Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Dr Erlina Burhan mengatakan, New Normal harus dilakukan dengan persiapan yang matang dengan memperhatikan berbagai aspek. Seperti sarana atau fasilitas di komunitas yang mendukung, kesadaran dan kedisiplinan masyarakat, kemampuan pemeriksaan yang tinggi, dan kesiapan kapasitas sistem kesehatan.

Baca juga : Jaga Stamina Tubuh Di Fase New Normal dengan Konsumsi Jahe Susu

“Pelaksanaan yang tidak tepat dan kurangnya persiapan akan menyebabkan transmisi meningkat dan wabah meluas kembali," tukasnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.