Dark/Light Mode

Kepuasan Rakyat Menurun

Untung, Jokowi Gak Bisa Nyapres Lagi

Senin, 8 Juni 2020 06:12 WIB
Presiden Joko Widodo. (Foto: Jokowi)
Presiden Joko Widodo. (Foto: Jokowi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gara-gara corona, kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi turun. Untungnya, di 2024 nanti Jokowi tidak bisa nyapres lagi. Sehingga penurunan ini tidak terlalu berpengaruh pada elektoral Jokowi.

Penurunan kepuasan publik itu terlihat dari hasil survei Indikator Politik Indonesia. Hasil survei dipaparkan dalam rilis secara virtual via Zoom dengan tema, “Evaluasi Publik Terhadap Penanganan Covid-19, Kinerja Ekonomi, dan Implikasi Politiknya”. Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menjadi narasumber utama. Nama-nama beken lainnya turut meramaikan hasil survei. Mereka adalah Ketua Umum Taruna Merah Putih Maruarar Sirait, politisi Golkar Nurul Arifin, politisi PKS Mardani Ali Sera, Ketum Kadin Rosan P Roeslani, dan Ketum HIPMI Mardani H Maming.

Survei ini dilaksanakan pada 16-18 Mei 2020 melalui kontak telepon pada 1.200 responden dari seluruh Indonesia. Metodenya, menggunakan simple random sampling dengan margin of error plus minus 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasilnya, persepsi atas kinerja Presiden Jokowi terhadap penanganan Covid-19 kurang menggigit. Tingkat kepuasan ke kinerja Presiden Jokowi pada Mei 2020 ada di angka 66,5 persen. Angka ini turun dibandingkan hasil survei Indikator Politik pada Februari yang masih di level 69,5 persen.

Baca juga : Soal Dana Pelunasan Haji, Kemenag: Jemaah Bisa Tarik

Hal yang sama juga terjadi pada persepsi terhadap kinerja pemerintah pusat. Bulan Mei, tingkat kepuasan masyarakat cuma 56,4 persen. Sebanyak 31,3 persen responden menyatakan tidak puas. Padahal, pada survei di Februari, tingkat kepuasan publik ke pemerintah pusat mencapai 70,8 persen. Sementara yang tidak puas hanya 11,6 persen. "Kepuasan publik dengan langkah-langkah pemerintah dalam pencegahan penyebaran corona masih mayoritas, tapi menurun signifikan dibanding tiga bulan sebelumnya," kata Burhan.

Sedangkan kepuasan publik terhadap Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 cukup lumayan. Sebesar 63,7 persen menyatakan puas, 25,6 persen menyatakan tidak puas. "Mayoritas publik cukup atau sangat puas atas kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di bawah pimpinan Doni Monardo," ungkap Burhan.

Untuk kandidat capres 2024, Indikator Politik tak memasukkan nama Jokowi. Sebab, berdasarkan konstitusi, Jokowi tidak bisa maju lagi. Yang disurvei hanya nama-nama lain yang potensial. Namun, dari semua nama itu, belum ada yang nendang. Angkanya baru sampai belasan persen.

Prabowo Subianto misalnya, hanya mendapat 14,1 persen. Angka ini turun dari survei Februari yang sebesar 22,2 persen. Begitu juga dengan Anies Baswedan, turun dari 12,1 persen menjadi 10,4 persen. Elektabilitas yang naik dialami Ganjar Pranowo dari 9,1 persen ke 11,8 persen dan Ridwan Kamil dari 3,8 persen menjadi 7,7 persen.

Baca juga : Jokowi Senang Juga Waswas

Menanggapi hasil survei ini, Maruarar Sirait tetap mengelu-elukan Jokowi. Dia menegaskan, selama mengikuti kontestasi politik, Jokowi belum pernah kalah. Mulai dari nyalon Wali Kota Solo, Gubernur DKI, sampai dua kali Pilpres.

Di mata politisi yang akrab disapa Ara itu, angka 66 persen tidaklah rendah. Angka itu masih mayoritas. Menurut dia, publik menilai Jokowi sudah bekerja keras dan mengeluakan kebijakan-kebijakan yang tepat. Misalnya, Jokowi memutuskan untuk menambah anggaran untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp 405,1 triliun. "Juga ada keringanan biaya listrik, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), larangan mudik, keringanan kredit dan bantuan sosial," ungkapnya.

Ara pun yakin, kalau disurvei, elektabilitas Jokowi tetap tinggi. Demikian juga dengan suara PDIP. "Saya yakin, suara PDI Perjuangan dan Jokowi tetap nomor satu. Sebagaimana temuan survei, jika suara Jokowi naik maka akan berbanding lurus dengan suara PDI Perjuangan. Jadi, ini ada hubungan yang searah," ungkap Maruarar.

Sementara itu, Mardani Ali Sera menganggap Covid-19 sebagai ujian awal. Siapa yang hanya melakukan pencitraan akan dikalibrasi dengan sistem teknokrasinya. Dengan begitu, masyarakat dapat melihat siapa kepala daerah yang benar-benar berkompeten untuk maju di 2024.

Baca juga : Arteria Dahlan: Gaya Blusukan Jokowi Bukan Barang Baru

Dia tertarik dengan peningkatan elektabilitas Ridwan Kamil. Menururnya, pria yang kerap disapa Emil itu punya kerangka yang jelas. Berbeda dengan Ganjar dan Anies yang dianggapnya hanya pandai berbicara. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.