Dark/Light Mode

Hindari Impor Alkes

Yuk Dukung Pak Erick Bangun Industri Farmasi Dalam Negeri

Kamis, 2 Juli 2020 07:45 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir (Foto: Humas BUMN)
Menteri BUMN Erick Thohir (Foto: Humas BUMN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di masa pandemi Covid-19, produk farmasi dan alat kesehatan (alkes) yang digunakan mulai menggunakan buatan lokal. Pasalnya, Indonesia tidak mau  terjebak dengan impor.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia menghadapi bahaya besar saat pandemi corona. Terutama karena masih bergantung pada alkes impor.

“Dalam kondisi pandemi akan bahaya kalau bergantung impor karena semua negara butuh hal yang sama,” kata Bambang dalam webinar Katadata dengan tema ‘Penanggulangan Covid-19 Berbasis Pengetahuan dan Inovasi’, beberapa waktu lalu.

Permasalahan impor alkes dan obat ini juga pernah diungkapkan Menteri BUMN Erick Thohir. Waktu itu, Erick menginginkan alkes dan obat bisa diproduksi di dalam negeri. “Kenapa biaya sehat mahal? Karena semua impor. Alat kesehatan dan obat impor” kata Erick.

Baca juga : Kemenperin Dukung Percepatan Pengembangan Kawasan Industri Batang

Om_HME meminta pemerintah membongkar permainan impor alkes. Dia mengkatakan, nyawa rakyat memang mahal. Untuk itu, jika khawatir menjadi bisnis makelar impor alat kesehatan, bongkar saja permainannya. 

“Bukan hilangkan standar kesehatannya. Paksa BUMN produksi alat kesehatan secara mandiri,” tukasnya. “Yang perlu dibangun pemerintah sarana RS khusus infeksi untuk isolasi laboratorium untuk penegakan diagnostik penyakit. Pembangunan  industri alkes yang mandiri tidak tergantung impor seperti Respirator mesin PCR rapid test dan lain-lain, kemandirian riset obat obatan dan  vaksin,” tutur SiswadiMargo.

Dimasakbarz mengungkap, impor alkes sudah terjadi sejak 4 tahun terakhir. Negara paling banyak membanjiri alkes dalam negeri adalah China. “Boleh tanya ke @dr_koko28. Kita pelaku pasar ya ngikut regulasi pemerintah. Pemerintah buka kran impor dari mana, itu yang kita serap,” ujarnya.

“Dari dulu sebenarnya karya-karya anak  bangsa gak kehitung yang lebih bagus dari impor, tapi entah kenapa sedari dulu pula @KemenkesRI seperti mempersulit penggunaan alkes lokal, bahkan bed RS aja harus impor,” ungkap Ferascorp.

Baca juga : Pemerintah Kaji Ulang Pemberian Diskon Setrum Bagi Industri Terdampak Covid

Deny_ARF mengaku hakul yakin SDM  Indonesia bisa memproduksi alkes. Permasalahannya cuma 1, yaitu alkes sudah jadi mainan mafia. “100% yakin. Permasalahannya cuma 1,  alkes itu ada mafianya. Kalau gak impor, gak untung mereka. APD yang kita impor aja made in Indonesia,” katanya.

Sementara, Ahelahapaansi mengungkap, saat ini Indonesia sudah terbebas dari jerat alkes impor. Dia bilang, Presiden Jokowi sudah mengumumkan bahwa Indonesia sudah mulai memproduksi sendiri alkes untuk penanggulangan Covid. “Tanpa perlu impor,” ujarnya.

“Mari kita dukung bapak @erickthohir membangun industri farmasi dengan segera memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan produk lokal dalam negeri. Agar pademi Covid-19 ini  cepat berakhir dan tidak berkepanjangan,” kata Ambarkiantan0.

Miraclecathy mengungkapkan, dalam tempo singkat, impor barang berubah menjadi mandiri memproduksi alkes sendiri. “Jokowi:Tidak ada  lagi ketergantungan,” katanya. “Sepertinya sudah banyak digunakan dalam negeri dan tidak lagi banyak gunakan impor, makanya Indonesia sampai open lagi ijin ekspor  APD,” ungkap Pancajkt.

Baca juga : Tim Ahli Wapres Dukung Food Estate Pertanian Di Kalteng

Pemerintah memang sudah membuka keran ekspor APD dan masker seiring terbitnya Pemendag Nomor 57/2020. Kehadiran aturan tersebut sekaligus mencabut larangan terbatas yang sempat diberlakukan pemerintah demi menjaga pasokan APD dan masker pada masa tanggap darurat penanganan Covid-19.

Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina mengemukakan, kapasitas produksi pakaian pelindung medis di Tanah Air bisa menembus 398,6 juta potong. Dia mengatakan, dengan kebutuhan di dalam negeri sebanyak 8,5 juta potong, maka potensi surplus yang bisa diekspor mencapai 390,1 juta potong.

Potensi serupa pun dimiliki oleh pakaian  bedah dan masker. Srie menjelaskan potensi ekspor pakaian bedah mencapai 95 juta potong dengan kapasitas produksi di angka 98,2 juta potong dan kebutuhan nasional berjumlah 3,2 juta potong. Sementara, pada masker bedah, potensi ekspor ditaksir menembus 2,7 miliar potong dengan kapasitas produksi sebanyak 2,8 miliar potong.

“Beberapa produk alat kesehatan sudah terpenuhi. Malah terjadi over supply. Misalnya kebutuhan nasional coverall 8,5 juta pieces. Sementara kapasitas produksi nasional 390,6 juta,” kata Srie. [ASI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.