Dark/Light Mode

Urus Corona, Pejabat Masih Banyak Egonya

Sabtu, 4 Juli 2020 05:13 WIB
Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio saat acara ngopi pagi Rakyat Merdeka, Jumat (3/7). (Foto: ist)
Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio saat acara ngopi pagi Rakyat Merdeka, Jumat (3/7). (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejak Maret, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio sudah konsen pelototin penanggulangan Covid-19 di Indonesia. Dia menyimpulkan, penanganan corona sangat berantakan. Penyelesaian masalah, malah timbulkan masalah.

Pernyataan Agus ini disampaikan dalam program Ngopi Pagi bersama Rakyat Merdeka, kemarin. Tema yang dibahas soal headline Koran Rakyat Merdeka berjudul "Pegang Toa di Surabaya, Menkes Puasa Bicara, Risma yang Koar-koar". 

Program Ngopi Pagi merupakan diskusi webinar Rakyat Merdeka yang membahas berita utama di Koran Rakyat Merdeka. Kemarin, acara tersebut dipandu Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara. Hadir dalam diskusi Pemimpin Umum Rakyat Merdeka Ratna Susilowakti, Wartawan Senior Rakyat Merdeka Budi Rahman Hakim dan Direktur RMBook Apriadi.

"Pak Menkes juga bawa toa tapi yang bicara mengingatkan publik di pasar, tempat-tempat kerumunan dan lain-lain itu, Ibu Risma. Bu Risma menjelaskan kepada masyarakat semuanya harus menerapkan protokol kesehatan di manapun berada," kata Kiki Iswara memulai diskusi.

Baca juga : Pak Kiai, Kapan Mau Blusukan?

Untuk menganalisa berita tersebut, Agus kemudian memperkenalkan sebuah buku yang ditulisnya. Buku tersebut dia tulis bersama dua temannya. Materi yang ditulis, hasil pengamatan dari tindakan pemerintah dalam menanggulangi corona sejak 2 Maret hingga akhir Mei. 

"Semuanya kami rangkum kemudian kami analisa, dan ternyata apa yang kami tulis atau sampaikan itu kejadian," jelas Agus.

Dia mengatakan, dari awal pemerintah terlambat mencegah virus dari Wuhan itu, masuk ke Indonesia. Setelah itu timbul berbagai peraturan yang diterjemahkan menjadi sebuah kebijakan. Namun, semua itu bukan menyelesaikan masalah malah menambah masalah baru.

"Karena mungkin terburu-buru, terkejarnya wabah pandemi sehingga yang muncul malah ego sektoral dan koordinasinya kurang pas," ucap dia.

Baca juga : Usai Dilantik, Pejabat Kemenko Harus Gercep Pulihkan Ekonomi

Apa buktinya? Lihat saja, saat keluar Permenkes Nomor 9, lalu muncul Permenhub Nomor 19 dan surat edaran nomor 4 dari Kementerian Perindustrian, muncul di waktu yang hampir bersamaan. Baginya, kejadian ini sebagai cikal bakal kekacauan dari sebuah kebijakan.

"Alhasil, di lapangan aparat pelaksana bingung, apalagi publik yang buta kebijakan peraturan. Ini tidak hanya dialami kelas bawah namun juga kelas atas," ungkapnya.

Padahal, menurutnya, peraturan yang dibuat pemerintah sudah tepat. Sasarannya sudah cocok, termasuk capaian yang akan diperoleh. Masalahnya, justru terletak pada koordinasi antarkementerian maupun lembaga. 

"Mungkin menteri atau biro hukumnya nggak baca (Kepres dan Perpres). Sehingga ada peraturan yang dikeluarkan Kemenhub rasa Kemenkes," ujarnya.

Baca juga : Berkat Corona, Telkom Raup Laba Bersih Rp 5,86 Triliun

Di akhir diskusi, Agus menyoroti soal teori konspirasi yang belakangan jadi buah bibir masyarakat. Dia percaya, Covid-19 itu ada yang menciptakan alias konspirasi. 

"Pelajaran-pelajaran yang pernah saya ikuti baik di luar negeri maupun dalam negeri, baca-baca dan diskusi dengan ahlinya, mungkin saya salah juga, saya kok yakin ini memang diciptakan," ungkapnya.

Agus menyebut, bisa saja ada konglomerat besar di Amerika Serikat yang telah menciptakan berbagai macam vaksin untuk dipasarkan ke seluruh dunia. Persiapannya, cukup panjang, yakni 5 sampai 10 tahun. 

"Ini jadi tanda tanya, bagaimana dia, seperti apa dia, lalu kita lihat perang dagang AS-China, banyak hal yang bisa dipertimbangkan. Jadi kita harus lebih advance. Kita banyak orang pandai tapi kita tidak pandai meramu dan menyampaikannya ke publik," jelasnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.