Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Prof. Mangestuti Agil:

Belum Ada Obat Yang Bisa Membunuh Corona

Rabu, 8 Juli 2020 07:36 WIB
Guru Besar Farmakognosi Universitas Airlangga Prof Dr Mangestuti Agil di acara Ngopi Pagi yang disiarkan virtual oleh Rakyat Merdeka, Selasa (7/7). (Foto: Istimewa)
Guru Besar Farmakognosi Universitas Airlangga Prof Dr Mangestuti Agil di acara Ngopi Pagi yang disiarkan virtual oleh Rakyat Merdeka, Selasa (7/7). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Benarkah kalung Eucalyptus buatan Balitbang kementerian Pertanian bisa membunuh virus corona? Guru Besar Farmakognosi Universitas Airlangga Prof Dr Mangestuti Agil membantah hal itu. Katanya, hingga saat ini belum ada obat yang secara spesifik bisa membunuh corona.

Polemik soal kalung Eucalyptus menjadi topik yang dibahas dalam program Ngopi Pagi bersama Rakyat Merdeka, kemarin. Acara ini dipandu tiga wartawan senior Rakyat Merdeka: Kiki Iswara, Ratna Susilowati, dan Budi Rahman Hakim.

“Sepekan terakhir, kalung Eucalyptus jadi pembicaraan dimana-mana. Ada harapan, ini bisa mencegah orang terpapar virus. Apakah memang punya daya tangkal, termasuk terhadap virus Covid-19? Atau memang harus melalui tahapan lebih lanjut,” kata Kiki membuka obrolan ini.

Baca juga : Antrean Dua Jam, Penumpang KRL Berdoa Tak Kena Corona

Sebagai seorang ahli, Mangestuti mengulas habis pertanyaan ini. “Kalau dibilang bisa membunuh Covid-19, hingga saat ini, tidak ada satupun obat yang sudah dinyatakan dapat membuhuh. Jadi, minyak atsiri tidak bisa diklaim membunuh Covid-19,” tegasnya.

Apa alasannya? Pertama, kata dia, eucalyptus itu bukan minyak kayu putih seperti yang biasa digunakan masyarakat selama ini. Karena info yang beredar, minyak eucalyptus diklaim mengandung sineol sebagai komponen utama.

Permasalahannya, tidak semua jenis eucalyptus mengandung sineol. Berbeda dengan minyak kayu putih yang memang mengandung sineol.

Baca juga : Semoga 2 Ribu Pekerja MRT Tak Ada Yang Bawa Corona

“Pada minyak atsiri, ada komponen misalnya gugus keton, ini justru beracun. Dari berbagai buku acuan, dan karya ilmiah mengatakan, kandungan ini berbahaya untuk anak di bawah 10 tahun dan ibu hamil. Menurut saya, itu harus diklarifikasi. Ketidakakuratan itu hal wajar, tapi tidak boleh diteruskan,” tuturnya.

Kedua, produk Balitbangtan didaftarkan sebagai jamu. Padahal, istilah jamu dalam ketentuan BPOM adalah ramuan atau herbal yang sudah digunakan turun-temurun dalam waktu tertentu. Bukan hanya satu atau dua bulan.

“Saya khawatir kalau eucalyptus keliru. Tidak ada dalam pengobatan tradisional kita. Saya paling rajin bongkar resep ramuan. Eucalyptus gak ada. Yang ada kayu putih,” terangnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.