Dark/Light Mode

Bukan Hafalan, Pancasila Butuh Kearifan Lokal

Rabu, 12 Agustus 2020 16:15 WIB
Diskusi virtual Mutiara Pancasila Di Bumi Tadulako, Rabu (12/8). (Foto: ist)
Diskusi virtual Mutiara Pancasila Di Bumi Tadulako, Rabu (12/8). (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Butir-butir Pancasila bukan sekadar hafalan. Butuh dukungan kearifan lokal agar implementasi dan aktualisasi Pancasila berjalan kontinyu di tengah masyarakat. 

Pandangan ini mengemuka dalam diskusi virtual "Mutiara Pancasila Di Bumi Tadulako", Rabu (12/8). Hadir dalam diskusi diantaranya; Wakil Kepala BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) Hariyono, Sekretaris Dewan Pengarah BPIP Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Walikota Palu Hidayat, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sulawesi Tengah Fahrudin Yambas, dan musisi Addie MS. 

Walikota Palu Hidayat mengatakan, Pancasila kerap bertabrakan dengan ekspansi budaya global. Akibatnya, generasi milenial kurang menghayati makna dalam setiap butir sila Pancasila. 

"Kita harus bangun dari bawah, program seputar nilai toleransi, gotong royong, kekeluargaan," ujarnya. 

Perlahan tapi pasti, pihaknya sudah melakukan program aktualisasi Pancasila tersebut. "Misalnya setiap hari Kamis, semua sekolah di kota Palu menggunakan atribut budaya masing-masing. Kalau kami di Palu ini namanya Siga. Artinya menanamkan nilai-nilai keberagaman budaya di Indonesia agar mereka saling mengenal," seloroh Hidayat. 

Baca juga : Syarief Hasan: Mau Belajar Pancasila? Datanglah ke Pesantren

Soal tergerusnya nilai Pancasila, ia menyebut karena sempitnya ruang sosial di masyarakat. "Kalau dulu ada pertandingan Porseni. Juga kegiatan antar RT/RW, orang saling berinteraksi dalam satu ruang. Dengan kemajuan teknologi informasi, memang sangat mengganggu melestarikan nilai-nilai ini," terang Hidayat. 

Ia menegaskan, pentingnya program-program nyata. Agar generasi muda bisa menghayati Pancasila. 

Kepala Kesbangpol Sulawesi Tengah, Fahrudin Yambas menambahkan, nilai Pancasila di Sulteng telah berhasil ditanamkan lewat suku Tajio. Komunitas adat terpencil itu hidup jauh dari kehidupan modern. 

"Mereka tidak ada pengangguran, kriminalitas, kehidupan yang bertentangan dengan ideologi pancasila. Nah ini dikembangkan oleh pimpinan atau bupati kepada masyarakat," ungkap Kesbangpol. 

Suku Tajio juga dibekali beragam kursus untuk menunjang skill. "Mereka ikut kursus mengemudi mobil, kecantikan. Kalau ada barang milik orang yang tercecer di wilayah itu, Insya Allah nggak hilang. Kenapa? Mereka sangat patuh dengan pemerintahan," tutur Fahrudin.

Baca juga : Bos KPK Berikan Arahan Pilkada Bersih Di Lampung

"Juga ada kelompok paduan suara. Mereka sering menyanyikan lagu kebangsaan, daerah yang ada di festival di Sulteng. Nah ini barangkali bisa dipantau oleh teman BPIP, seperti apa potensi dan bakat yang mereka miliki."

Belum cukup, suku Tajio juga sudah menanamkan nilai-nilai bela negara. "Mereka datang ke gereja, wihara, pura. Konsep yang mereka tawarkan adalah konsensus bernegara walaupun referensi yang mereka miliki sangat terbatas," ungkap Fahrudin. 

Sementara itu, Musisi Addie MS melihat peluang penanaman nilai Pancasila kepada generasi muda melalui gawai. "Kita buat program yang relevan buat mereka. Misalnya sekarang lagi pandemi corona, teknologi e-sport yang bagi kita aneh, harus didukung. Dari gawai, kita sisipkan nilai Pancasila yang teraplikasi dalam kegiatan nyata," terang sang komposer. 

Sekretaris Dewan Pengarah BPIP Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya juga mengajak masyarakat untuk tidak hanya menghafal butir-butir Pancasila. "Banyak hal yang perlu diimplementasikan. Contoh kecil, berkata baik dan sopan santun," katanya.

Wisnu juga mengimbau masyarakat tak mudah terprovokasi ujaran kebencian di media sosial.

Baca juga : Petrotekno Bakal Gembleng Warga Lokal

Sebagai keynote speaker, Wakil Kepala BPIP Hariyono menilai kearifan lokal yang dimiliki Indonesia sebagai basis penguatan Pancasila. Selain budaya gotong royong, adat istiadat, silaturahmi, kearifan lokal juga dapat digali dalam rutinitas masyarakat.

Oleh karena itu, peran organisasi kemasyarakatan sangat penting untuk menjaga Pancasila di berbagai pelosok Nusantara. "Pancasila tidak berhenti dengan pidato atau seminar, tetapi harus memilki tindakan nyata kepada masyarakat," tegasnya. [GO]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.