Dark/Light Mode

Pendapatan Setara Nippon Steel Corporation

Pertamina Mestinya Masuk Daftar Fortune 500

Sabtu, 15 Agustus 2020 20:50 WIB
Pendapatan Setara Nippon Steel Corporation Pertamina Mestinya Masuk Daftar Fortune 500

RM.id  Rakyat Merdeka - Fortune sudah merilis daftar 500 perusahaan dengan pendapatan terbesar di dunia atau Fortune Global 500 di tahun 2020. Hasil tersebut sudah tersebar, sayang perusahaan energi kebanggaan Indonesia, PT Pertamina (Persero) tahun ini tidak termasuk dalam daftar.

Mengetahui hal tersebut Pertamina pun belum paham kriteria penilaian Fortune sehingga perusahaan bisa tidak masuk peringkat.

Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan saat ini tengah dicari tahu penyebab pihaknya tidak masuk daftar.

"Kami juga masih telusuri kenapa bisa tidak tercatat. Kalau dilihat dari ranking yang dipublikasikan oleh Fortune 500 kami masuk. Kalau melihat kinerja di tahun 2019 seharusnya masih terdaftar," ujarnya dalam virtual media briefing 'Upaya Terbaik Pertamina Melayani Bangsa di Tengah Pandemi' di Jakarta, Sabtu (15/8/2020).

Emma yakin, jika dilihat dari sisi pendapatan Pertamina sangat memenuhi kriteria untuk masuk daftar Fortune. Pertamina sudah memperoleh pendapatan sejajar dengan peringkat ke-198 yaitu Nippon Steel Corporation di Fortune.

Baca juga : KPK Perpanjang Masa Cegah Harun Masiku

Nippon Steel Corporation memiliki pendapatan 54,45 miliar dolar AS atau sekitar Rp 806 triliun. Sementara Pertamina mencatatkan pendapatan 54,58 miliar dolar AS atau Rp 808 triliun pada 2019.

Emma memandang daftar yang dibuat Fortune 500 tersebut merupakan aksi monitoring pasif yang dilakukan Fortune. Daftar dilakukan tanpa ada klarifikasi lebih lanjut ke perusahaan.

Dia mengakui peringkat Pertamina memang bergeser di tahun 2019. Sebelumnya Pertamina bisa masuk posisi 175 pada tahun lalu dari basis kinerja 2018.

Menurutnya ini dikarenakan ada beberapa industri lain yang memang mengalami peningkatan seperti industri keuangan dan asuransi.

Tapi meski demikian seharusnya, lanjut Emma, Pertamina masuk daftar perusahaan berpendapatan terbesar versi Fortune. Pendapatan setara dengan Nippon Steel Corporation yang saat ini perusahaan Jepang tersebut ada di posisi ke 198.

Baca juga : Pengamat Sepakbola Nasional: Kehadiran Pemain Naturalisasi Bisa Memotivasi Pemain Lokal

Namun dipertanyakan kenapa Pertamina tidak masuk daftar? "Kalau dilihat dari pendapatan tentu kami bisa sejajar dengan peringkat ke-198, dengan Nippon (Nippon Steel Corporation). Sebetulnya pendapatan kami sendiri masih berada dalam kisaran top 500," tegasnya.

Kedepannya Emma optimistis dengan berbagai transformasi bisnis dan efisiensi yang tengah dilakukan Pertamina saat ini, tahun depan akan kembali masuk dalam daftar Fortune GLobal 500.

"Ada aspirasi pemegang saham bagaimana Pertamina 5-6 tahun ke depan bisa mencapai ranking Top 100. Itu tantangan tapi bukan imposible," pungkasnya.

Diberitakan, Di posisi 10 besar, dua perusahaan migas milik negara di Asia ada di dalamnya yaitu China National Petroleum Corporation (CNPC) dan Saudi Arabian Oil Company (Saudi Aramco). CNPC sudah 20 kali masuk di daftar Fortune 500, sementara bagi Saudi Aramco ini baru kali kedua.

"Pada Desember 2019, Saudi Aramco akhirnya menjalani debut di pasar modal, sesuatu yang sudah lama dinantikan investor. Penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) Saudi Aramco berhasil meraup dana US$ 2 triliun, rekor tertinggi dunia. Berkat IPO, Saudi Aramco menjadi perusahaan dengan laba tertinggi di dunia tahun lalu, mencapai US$ 88 miliar," sebut keterangan Fortune.

Baca juga : Pengamat: Jangan Ragukan Komitmen Pertamina Bangun Kilang

CNPC juga sudah akrab dengan pasar modal. Namun berbeda dengan Saudi Aramco, adalah anak usaha CPNC yaitu PetroChina yang melantai di bursa saham.

Bahkan PetroChina menjadi perusahaan terbuka di dua bursa, Shanghai dan Hong Kong. IPO di Hong Kong dilakukan pada 2001, sementara di Shanghai terjadi pada 2007.

Meski menjadi perusahaan publik, hampir seluruh saham masih dikuasai negara. Saat ini, pemilikan pemerintah Arab Saudi di Saudi Aramco masih 98,18 persen, saham yang dilepas ke publik tidak sampai 2 persen.

Sedangkan di PetroChina, CNPC menguasai 90,71 persen saham. CNPC adalah perpanjangan tangan negara, karena dimiliki 100 persen oleh pemerintah Negeri Tirai Bambu. [JAR/FAZ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.