Dark/Light Mode

Pengamat: Pernyataan Menag Bisa Munculkan Stereotype Baru

Senin, 7 September 2020 10:48 WIB
Pengamat Terorisme Irfan Amalee/Ist
Pengamat Terorisme Irfan Amalee/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengamat terorisme Irfan Amalee mengatakan, pembahasan mengenai radikalisme semenjak beberapa tahun terakhir telah mengalami pergeseran. Sebelumnya stereotip celana cingkrang, jenggotan dan bercadar selalu dijadikan dasar untuk menjustifikasi individu dan/atau kelompok tertentu. Tapi untuk konteks mutakhir sudah tidak demikian.

“Waktu kejadian bom di Thamrin itu tampilannya pake Jeans. Kemudian, sebetulnya mungkin dari (kejadian itu) situ mereka tidak lagi menggunakan simbol-simbol yang membuat orang tidak lagi mendeteksi (radikalisme),” tutur Irfan melalui keterangan tertulisnya.

Irfan juga mengaku dirinya sama sekali belum menemukan korelasi atau fakta perihal penampilan seseorang yang memakai atribusi tertentu dengan aksi radikalisme. Justru dirinya malah mengkhawatirkan bila pernyataan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi akan melahirkan stereotype dan adjustment baru bagi orang-orang yang good looking.

Baca juga : Sambut Hari Pelanggan, Pertamina Resmikan Bright Store Konsep Baru di Purwakarta

“Saya mengkhawatirkan pernyataan Kemenag ini malah buat stereotype baru ke orang-orang. Jadi hati-hati bagi orang-orang yang good looking,” jelasnya. 

Sejauh ini belum ada peneliti terorisme dan radikalisme menunjukkan sebuah pola yang seratus persen akurat. Dirinya lantas mencontohkan motif keterlibatan seseorang ke kelompok radikal justru dipicu oleh faktor yang beragam dan berlainan. 

Lebih lanjut Irfan mengatakan, kelompok radikal sangatlah adaptif, sangat cerdas dan strategis dalam berjuang. 

Baca juga : Menlu Retno: Penistaan Alquran Bisa Timbulkan Perpecahan Umat

“Menurut saya benang merahnya itu ada lebih pada kelompok-kelompok itu sangat adaptif, sangat pintar, sangat strategis. Beberapa tahun lalu imajinasi kita tentang kelompok ini, gitu, cara ini begini, cara ngomongnya begini. Sekarang udah berbeda. Karena mereka juga kan promosi, tampilan di online juga berbeda, tampilan di offline sudah berbeda, pengajian juga sudah berubah. Jadi sudah berubah. Itu sih menurut saya benang merahnya,” imbuhnya. 

Irfan tidak memungkiri bila radikalisme itu ada. Namun, menurutnya, tidak perlu terjebak dalam generalisasi. Dia mengingatkan, jangan sampai permasalahan good looking menjadi adjustment baru, stereotype baru yang malah mengalihkan pada esensinya. Karena kelompok radikal sangat memahami tren dan relatif fashionable.

“Yang harus dipahami juga, radikalisme itu tidak hanya milik salah satu agama dan sekarang menjadi di mana-mana, di Amerika, Eropa. Jangan alergi terhadap masalah ini, dan jangan menganggap bahwa ini sedang menyudutkan salah satu agama tertentu. Jadi ini masalah bersama,” tukas Irfan. 

Baca juga : Mendirikan Parpol Baru Bukan Perkara Mudah

Seperti diketahui, dalam acara diskusi online, Menteri Agama Fachrul Razi kembali menyampaikan pernyataan kontroversial. Ia menyebut bila paham radikalisme dapat disebarkan melalui orang-orang yang good looking. Pernyataannya ini  langsung menuai respons beragam di kalangan masyarakat. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.