Dark/Light Mode

Pak Jokowi, Pak JK Minta Pilkada Ditunda, Gimana Ini?

Minggu, 20 September 2020 04:56 WIB
Jusuf Kala. (Istimewa)
Jusuf Kala. (Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pilkada serentak di tengah pandemi yang baru saja dimulai benar-benar mengkhawatirkan. Penyelenggara Pilkada dari pusat sampai daerah banyak yang positif Corona.

Begitu juga dengan calon kepala daerah. Sampai kemarin, ada 60 calon yang kena Corona. Khawatir Pilkada jadi cluster baru Corona, Pak Jusuf Kalla (JK) meminta Pilkada yang rencananya digelar Desember nanti, ditunda sampai vaksin anti Corona ditemukan.

Persoalannya, jauhjauh hari Presiden Jokowi juga para menteri menolak penundaan ini. Apakah suara Pak JK bisa mengubah sikap Pak Jokowi? Saat ini, tahapan Pilkada serentak baru masuk proses verifikasi berkas bakal pasangan calon yang mendaftar ke KPU, pada 4-6 September 2020.

Tahapan selanjutnya, yakni penetapan calon kepala daerah, pengundian nomor urut, kampanye hingga pemungutan suara, 9 Desember. Meskipun tahapan Pilkada masih panjang, pihak-pihak terkait sudah tertular Corona.

Dimulai dari KPU pusat. Tiga dari tujuh Komisioner KPU terpapar Covid-19. Mereka adalah Ketua KPU Arief Budiman serta dua komisioner lainnya; Evi Novida Ginting Manik dan Pramono Ubaid Tanthowi.

Baca juga : Pandemi Memburuk, Mungkinkah Pilkada Ditunda?

Bukan hanya KPU pusat, KPUD yang paling sibuk dengan hajat Pilkada ini, tak luput dari serangan Corona. Mulai dari Komisioner KPUD Tangerang Selatan Ahmad Mujahid Zein, Komisioner dan Sekretaris KPUD Sibolga berinisial AH dan IT, dua Komisioner KPUD Agam, Ketua KPUD Gresik Ahmad Roni, Ketua KPUD Riau berinisial IY, Komisioner KPUD Barito Timur berinisial Z, dan Ketua KPUD Sulawesi Selatan Faisal Amir.

Tingkat pengawas pemilu, petugas yang positif Corona lebih banyak lagi. Kata Ketua Bawaslu Abhan, ada 96 petugas Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) di Boyolali yang positif Covid-19.

Ngerinya lagi, Kepala Dinas Kesehatan Boyolali Ratri S Survivalina menyebut Bawaslu jadi klaster terbesar di daerahnya. Selain di Boyolali,

Ketua Bawaslu Barito Timur berinisial F juga terpapar Covid-19. Selain di tingkat penyelenggara dan pengawas, Corona ikut menyerang para peserta Pilkada.

Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito menyebut, setidaknya ada 60 cakada yang terinfeksi corona. Berdasarkan data Bawaslu, terdapat 243 pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan bakal pasangan calon maupun partai politik.

Baca juga : DPP PDIP Fokus Menangkan Pilkada Blitar

“Beberapa pelanggaran tersebut di antaranya ada yang positif saat mendaftar, terjadinya kerumunan seperti arak-arakan, tidak menjaga jarak, dan tidak melampirkan hasil swab test saat mendaftar,” ungkap Wiku.

Banyaknya orang yang tertular karena Pilkada, membuat desakan agar kontestasi pemilu lokal ini ditunda makin kenceng. JK yang sebelumnya diam, sekarang ikut mengusulkan pada pemerintah agar Pilkada ditunda.

Wapres ke 10 dan 12 ini menilai, sulit mengatur banyak orang dalam kontestasi pilkada. Sekalipun aturan mainnya sudah diterbitkan, kerumunan dan abai protokol kesehatan masih saja terjadi.

“Kalau memang sulit, dan ternyata susah untuk mencegah perkumpulan orang hanya 50 sesuai aturan yang dikeluarkan oleh masing-masing gubernur. Maka lebih manfaat ke masyarakat itu bisa ditunda pilkada,” usul Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) ini, dalam acara donor darah di Polda Metro Jaya, Jakarta, kemarin.

Sampai kapan penundaannya? JK menjawab, sampai tersedianya vaksin Covid-19. Sebab, hanya vaksin yang bisa menurunkan angka penyebaran Corona di Indonesia. Sehingga, seluruh komponen yang terlibat dapat menikmati pesta demokrasi di daerah.

Baca juga : Cegah Penularan Corona, JK Sarankan Pilkada Diundur

Menurut JK, KPU perlu membuat aturan terkait mekanisme pengumpulan massa dalam tahapan Pilkada. Apabila dirasa memang sulit, dia menganjurkan pihak penyelenggara mengkaji ulang waktu pelaksanaan pilkada tersebut.

“KPU harus membikin syarat-syarat berkumpul atau apa. Kalau terjadi pelanggaran syarat-syarat, katakanlah kampanye hanya 50 (orang), tapi terjadi 200 (orang). Kalau terjadi kecenderungan itu, ya lebih baik dipertimbangkan kembali waktunya,” imbuhnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.