Dark/Light Mode

Bisa Tembus 500 Ribu Akhir Tahun

Awas, Corona Memasuki Masa Yang Sangat Kritis

Sabtu, 10 Oktober 2020 06:54 WIB
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Dr Syahrizal Syarif pada acara diskusi Rakyat Merdeka. (Foto: ist)
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Dr Syahrizal Syarif pada acara diskusi Rakyat Merdeka. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Dr Syahrizal Syarif me­nyebut, pandemi Corona di Indonesia kini memasuki masa yang sangat kritis. Ia memperkirakan, kasus Corona bisa menembus angka 500 ribu di akhir tahun ini.

Proyeksi jumlah kasus ini me­ ngemuka dalam diskusi virtual Rakyat Merdeka, kemarin. Acara yang dipandu wartawan senior Kiki Iswara ini, mengangkat tema: Disiplin Pakai Masker Supaya Sehat dan Selamat. Kiki ditemani dua wartawan senior lain; Ratna Susilowati dan Budi Rahman Hakim. 

Kiki memulai dengan memaparkan basis bukti efektivitas penggunaan masker dalam memutus mata rantai penularan Corona. Dia menyebutkan, jika 90 persen masyarakat keluar rumah patuh pada protokol kesehatan 3 M; menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, bisa memutus mata rantai penularan dalam waktu 1­2 bulan. 

Sementara di kota-­kota besar, jika 90­-95 persen masyarakatnya menerapkan pola hidup 3 M, maka dampaknya bisa menurunkan penularan Corona sebanyak 30­35 persen dalam waktu dua minggu. “Pengaruh 3 M ini berarti dahsyat. Sedahsyat vaksin,” kata Kiki. 

Baca juga : Trump Masih Sombong

Lalu, ia melayangkan pertanyaan kepada dr Syarif, terkait upaya efektif apalagi selain membagikan masker dalam menurunkan kasus Corona. 

Syarif lalu menyebutkan beberapa langkah. Pertama, memberlakukan lockdown. Lalu di bawahnya, Pemba­tasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagaimana yang diberlakukan di Indonesia. Di bawahnya lagi ada PS­BB transisi, dengan pelonggaran dan pembatasan yang lebih minimal.

Namun hitungannya, dampak dari pemberlakuan PSBB sejauh ini belum cukup signifikan menekan laju penu­laran Corona. Ia sempat punya hara­pan, ada penurunan kasus harian dari 4.200 menjadi 4.100 dalam dua pekan. Meskipun, idealnya kesimpulan pe­nurunan kasus baru bisa diambil setelah dua kali masa inkubasi atau selama 28 hari. “Saat ini situasinya memang belum seperti yang kita harapkan,” katanya.

Menurut dia, ada sejumlah faktor penyebab penularan Corona di Indo­nesia belum terkendali. Antara lain, kapasitas pemeriksaan masih belum sebanding dengan jumlah suspect yang ada. “Kalau kita melihat 142 ribu suspect yang masih belum diperiksa itu, menandakan bahwa kapasitas kita masih kurang,” imbuh Syarif.

Baca juga : Serius Tangani Pasien Corona, Pemerintah Sayang Rakyatnya

Lalu, tingkat kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan 3 M masih rendah. Padahal, membenarkan apa yang disampaikan Kiki, apabila 90 persen masyarakat patuh me­laksanakan 3 M, dampaknya itu sama dengan melakukan vaksinasi kepada 70 persen penduduk. “Itu benar,” tegasnya.

Hal lain yang jadi biang kerok adalah menempatkan orang yang terinfeksi Corona dengan gejala ringan di rumah. Kondisi ini rawan memunculkan klaster rumah tangga. “Sebaiknya kita tempatkan ke fasilitas-­fasilitas kesehatan,” saran dia.

Beberapa faktor tadi membuat si­tuasi penularan Corona di Indonesia berada di titik kritis. Penambahan angka penularannya sangat cepat. Aki­batnya, pertumbuhan 50 ribu kasus dari awalnya dicapai dalam tiga bulan per­tama, lalu bergerak menjadi satu bulan dan semakin cepat menjadi 23 hari. Belakangan penambahan 50 ribu kasus bahkan dicapai dalam waktu 17 hari.

“Percepatan ini akan membuat kita mencapai angka 500 ribu kasus di ak­hir tahun,” perkiraan Syarif. Jika tidak direm, maka kebutuhan kapasitas rumah sakit diproyeksikan bakal meningkat sampai dua kali lipat.

Baca juga : MUI: Jika Corona Meluas, Siapa Yang Pasang Badan

Di sesi diskusi, Budi menanyakan, tingkat kemampuan imunitas dalam melawan Corona. Di mana penyum­bang terbesarnya adalah kebahagiaan dan olahraga. “Selain kampanye 3 M, kenapa tidak ada kampanye meningkat­kan imunitas?” tanya Budi yang akrab disapa BRH ini.

Syarif menjelaskan, kekebalan saja tidak cukup memberikan perlindungan terhadap kemungkinan infeksi Corona. Meskipun dengan kekebalan tubuh yang baik, orang yang terpapar ke­ mungkinan hanya menunjukkan gejala klinis ringan atau sedang.

Sementara, Ratna memaparkan sur­vei Badan Pusat Statistik (BPS). Per September, rata­-rata sudah 92 persen masyarakat patuh menggunakan masker. Namun, hanya 75 persen yang mau jaga jarak.

Sementara sur­vei Satgas Covid­-19, menyebutkan 17 persen masyarakat yakin tidak akan tertular Corona. Lalu 90 persen paham pentingnya menggunakan masker, tapi yang patuh di bawah 70 persen. Bahkan di daerah tingkat kepatuhannya, ada yang di bawah 50 persen. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.