Dark/Light Mode

2 Jurus Hadapi Intoleransi: Perkuat Literasi, Dewasa Olah Informasi

Minggu, 11 Oktober 2020 12:00 WIB
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Pastor Antonius Benny Susetyo, Pr
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Pastor Antonius Benny Susetyo, Pr

RM.id  Rakyat Merdeka - Maraknya intoleransi, setidaknya bisa disikapi dengan dua jurus. Harus dewasa dalam menerima, mengolah dan menanggapi informasi. Selain itu, juga dengan dewasa dalam literasi informasi.

Hal ini ditegaskan Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Pastor Antonius Benny Susetyo, Pr. “Untuk menghadapi banyaknya ujaran kebencian dan berita hoax, masyarakat harus dewasa dalam literasi informasi,” terangnya, dalam Pertemuan Dialog Kerukunan Umat Beragama Katolik Tingkat Nasional di Denpasar, Minggu (11/10/20).

“Belajar memahami perbedaan juga harus ditanamkan," jelas pastor pengusung gerakan moral bangsa ini.

Baca juga : 200 Ribu Anak Indonesia Ikut Program Penguatan Literasi

Pertemuan bertema "Umat Rukun, Indonesia Maju: Terwujudnya Masyarakat Indonesia yang Rukun Menuju Indonesia Maju mengenai Penguatan Literasi Keagamaan Katolik" ini digelar oleh Kementerian Agama (Kemenag). Sejumah tokoh agama Katolik nasional turut hadir pada pertemuan tersebut.

Pada kesempatan ini, Pastor Benny menyampaikan tentang agama dan negara. Menurutnya, sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, dijadikan sila pertama karena membela kebenaran, keadilan, kejujuran.

"Ini yang harus menjadi titik tolak dalam kehidupan. Selain itu, sejak lahir, bangsa Indonesia sudah terbiasa dan menjadi roh bagi bangsa Indonesia," ujarnya.

Baca juga : Terus Lakukan Inovasi, Asuransi Reliance Indonesia Raih Insurance Awards 2020

Terkait toleransi, bangsa Indonesia terlahir dari keberagaman dan seharusnya sudah terbiasa akan perbedaan. Biasanya, intolerasi ini terjadi akibat pemahaman yang kurang utuh. "Karena pemahaman mengenai kultur budaya Indonesia yang menghormati perbedaan mulai luntur," jelas Benny.

Selain itu, jelasnya, ujaran kebencian di media sosial marak dan banyak terjadi, termasuk menyoal tentang agama. Sehingga terjadi konfik antar agama kerena pemahaman yang tidak lengkap.

Lebih lanjut, alumni Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang ini menjelaskan, di Indonesia, tingkatannya sudah lebih dari toleransi. "Hubungan antar agama di Indonesia lebih kepada persaudaraan anak bangsa yang tidak membedakan dan harmonis," ungkapnya.

Baca juga : Berlaku Hari Ini, Penyesuaian Waktu Operasional Transjakarta Selama PSBB

Komunikasi dan relasi yang baik antar tokoh agama, dirasa Benny perlu dalam mengatasi, berdiskusi, dan menaggapi masalah yang ada. Sehingga bisa didapatkan penyelesaian dengan baik.

"Dialog antar agama harus sering dilakukan di semua penjuru negeri untuk menjalin kerukunan," tutur putra asli Malang ini. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.