Dark/Light Mode

Pustakawan Perpusnas, Tiara Sugih Hartati

Keterikatan Emosi Di Perpusnas

Selasa, 3 November 2020 08:01 WIB
Pustakawan Perpusnas Tiara Sugih Hartati (Foto: Istimewa)
Pustakawan Perpusnas Tiara Sugih Hartati (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Memang, strategi ini akan lebih terlihat nyata jika diterapkan di perusahaan yang berbasis profit dengan luaran berupa produk. Tetapi, bukan berarti emotional branding tidak bisa dimanfaatkan perpustakaan untuk membangun loyalitas penggunanya. Sudah banyak sekali kiprah Perpustakaan Nasional dalam upaya memberikan kontribusi dalam meningkatkan literasi dan kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia. Bahkan, tahun 2019, Perpustakaan Nasional membentuk Duta Perpusnas

Duta Perpusnas merupakan kumpulan perwakilan pustakawan bidang Pusat Jasa Informasi dan Pengelolaan Naskah Nusantara yang memiliki misi untuk membangun citra positif Perpustakaan Nasional. Berjumlah 32 orang dari layanan berbeda, Duta Perpusnas berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pemustaka yang datang. Dengan kegiatan membimbing pemustaka untuk mendayagunakan fasilitas beserta koleksi yang dimiliki Perpustakaan Nasional, menyapa dan menjawab pertanyaan, menampung keluh kesah dari pemustaka berkenaan dengan Perpustakaan Nasional, juga menyambut tamu penting jika ada kunjungan.  

Ini adalah salah satu bentuk dari implementasi strategi emotional branding pada aspek membangun hubungan. Seorang pemustaka yang menghampiri dan bertanya pada Duta Perpusnas wajib dilayani dengan baik. 

Baca juga : Usai Serahkan Pernyataan Sikap Ke MK, Buruh Bubarkan Diri Dengan Tertib

Artinya, ia merupakan repeat consumers atau pemustaka yang sudah pernah menggunakan fasilitas lesehan. Kalau dalam pemasaran, pemustaka ini masuk ke dalam kategori konsumen yang loyal. Bukankah ini yang diharapkan dari strategi pemasaran berbasis emotional branding? Kata kuncinya adalah membangun hubungan. Artinya, fasilitas tersebut memberikan kesan nyaman untuk ia gunakan sehingga ia ingin kembali kesana. 

Paradigma lama tentang perpustakaan yakni didatangi karena “Mau cari buku” meski ditinggalkan. Karena belum tentu semua pemustaka tujuannya seperti itu. Meskipun tidak menutup kemungkinan pada akhirnya ia mencari informasi juga melalui koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional. 

Pertanyaan pemustaka “Itu di lantai berapa yang ada spot foto yang kelihatan Monasnya dari atas? saya suka lihat di instagram” adalah bentuk nyata adanya keterkaitan emosi pemustaka melalui pancaindra visual yang didapatnya melalui Instagram. Dengan adanya Duta Perpusnas di pintu masuk, lobi, dan lantai 2 di antara meja informasi dan meja layanan keanggotaan, yang berpenampilan rapi juga ramah pada pengunjung telah memunculkan kesan positif dari pemustaka. Kesan bahwa pustakawan di sana memang ramah juga sigap membantu pemustaka yang ingin memanfaatkan layanan juga fasilitas yang disediakan Perpustakaan Nasional.  

Baca juga : Akreditasi, Wujudkan Perpustakaan Berstandar Nasional

Perpustakaan Nasional menganut lima nilai utama yakni “PASTI”. PASTI merupakan singkatan dari profesional, akuntabilitas, sinergi, transparan, dan integritas. Tentunya nilai ini dilaksanakan setiap hari melalui tindakan nyata. Ini cerita terakhir tentang emotional branding berkenaan dengan penerapan ‘nilai’ untuk membangun keterikatan emosi dengan pemustaka. 

Misalnya saja, pemustaka manula mencari produk turunan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, tepatnya tentang diaspora.  Saat dibantu Duta Perpusnas menelusur koleksi yang dibutuhkan, ternyata menurutnya koleksi tersebut kurang sesuai dengan apa yang ia butuhkan. 

Seorang Duta Perpusnas tidak boleh menyerah begitu saja. Karena prinsipnya adalah berusaha semaksimal mungkin menemukan sumber informasi yang dibutuhkan atau minimal yang hampir sesuai atau menginformasikan perpustakaan lain yang memiliki koleksi tersebut. Setelah ditelusuri, informasi lebih dalam produk turunan tersebut berhasil didapatkan sebuah dokumen melalui internet yang menurut mereka itu sesuai dan dicetak.

Baca juga : Mau Perpanjang SIM Di Jakarta? Datang Yuk Ke Lokasi Ini

Praktisi maupun akademisi perlu melakukan penerapan strategi emotional branding di perpustakaan atau diadakannya kajian untuk menguji efektivitas dari strategi ini. Ini perlu sebagai penyemangat dan selalu berkontribusi bagi bangsa.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.