Dark/Light Mode

FGD Perpusnas-Komisi X DPR

Pustakawan Harus Punya Kemampuan Hadapi VUCA

Jumat, 11 Desember 2020 09:02 WIB
(Dari kiri) Sekretaris Utama Perpusnas Woro Titi Haryanti, Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah, Pustakawan Ahli Utama IPB Dedi Junaedi, dan Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana, dalam FGD dengan`Tren Perubahan Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghadapi Ekosistem VUCA`,  Kamis (10/12). (Foto: Dok. Perpusnas)
(Dari kiri) Sekretaris Utama Perpusnas Woro Titi Haryanti, Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah, Pustakawan Ahli Utama IPB Dedi Junaedi, dan Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana, dalam FGD dengan`Tren Perubahan Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghadapi Ekosistem VUCA`, Kamis (10/12). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dunia saat ini berada dalam fase ketidakpastian dan menghadapi berbagai masalah yang kompleks. Istilah populer yang sering digunakan untuk menggambarkan situasi ini adalah VUCA, yaitu Volatility (kecepatan perubahan), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kompleksitas), dan Ambiguity (ketidakjelasan akan realitas).

Konsep VUCA juga bisa digunakan untuk menggambarkan kondisi umum bidang perpustakaan sekarang ini. Pentingnya layanan perpustakaan mengikuti ekosistem VOCA dilaksanakan dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Tren Perubahan Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghadapi Ekosistem VUCA”, pada Kamis (10/12). Hasil diskusi yang diinisiasi Komisi X DPR digunakan sebagai referensi rumusan kebijakan layanan perpustakaan perguruan tinggi.

Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Woro Titi Haryanti menyatakan, kunci adaptasi perpustakaan terhadap ekosistem VUCA ada di tangan pustakawan dan tenaga perpustakaan. “Pustakawan harus memiliki kemampuan untuk terus menerus belajar, beradaptasi terhadap ketidakpastian melalui inovasi, berpikir secara strategis, dan mendorong eksekusi strategi tersebut,” ujar Woro.

Baca juga : RDP Komisi IV DPR, Petani Sawit Masih Kesulitan Dapat Bantuan Dana

Pandemi Covid-19 merupakan salah satu situasi ketika pustakawan harus cepat beradaptasi untuk mengatasinya. “Pendekatan self-service model dengan menghadirkan layanan pick up yang memungkinkan pemustaka untuk dapat secara mandiri mengambil koleksi yang dibutuhkan dan mengembalikannya melalui layanan book drop merupakan salah satu contoh adaptasi pustakawan dalam menghadapi perubahan yang cepat,” urainya.

Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah sepakat dengan hal ini. Menurutnya, kompetensi pustakawan sangat penting untuk memastikan bahwa pustakawan menjadi tenaga profesional di bidangnya. “Tidak ada lagi nanti istilah pustakawan PNS dan Non PNS. Sebagai sebuah profesi, sudah seyogyanya tunjangan profesi pustakawan sama baik PNS maupun non PNS,” jelasnya.

Dia menambahkan, dalam konteks kompetensi, sebaiknya pustakawan disamakan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen. “Pustakawan harus memiliki kompetensi pedagogi dan andragogi, kompetensi profesional, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial,” ujar legislator dari Fraksi Partai Golkar ini. 

Baca juga : 19.125 Petugas Pemungutan Suara Sleman Dites Rapid Corona

Sementara itu, Pustakawan Utama dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Rahman Saleh mengatakan, ekosistem VUCA dipengaruhi revolusi industri. Memasuki revolusi industri 4.0, perubahan teknologi yang cepat mempengaruhi perilaku pengguna layanan perpustakaan.

Menurut Abdul Rahman Saleh, pustakawan harus melakukan perubahan atau transformasi agar dapat melayani pemustaka dari era sekarang ini. “Aplikasi perpustakaan digital yang dimiliki Perpusnas, iPusnas, merupakan contoh bagaimana perpustakaan dapat berkembang mengikuti perubahan yang cepat dan penuh ketidakpastian,” ungkapnya.

“Dulu tidak pernah terbayang oleh saya ada perpustakaan digital yang membuat orang dapat meminjam dan membaca buku dari mana saja seperti iPusnas. Kita dapat membaca buku dengan jumlah halaman ratusan dan ukuran file yang besar dari gawai kita,” tambahnya.

Baca juga : Kunjungi Pemalang, Komisi IV DPR Apresiasi Program Kementan Atasi Stunting

Ekosistem VUCA harus dilihat sebagai potensi terhadap pengembangan perpustakaan dan profesi pustakawan, ketimbang dilihat sebagai sebuah ancaman. “Banyak pekerjaan lama yang terancam hilang karena digantikan mesin, robot, dan komputer. Sementara banyak juga pekerjaan baru yang akan muncul. Pekerjaan yang tidak akan terpengaruh adalah pekerjaan yang bersifat personal dan memerlukan pemikiran,” tekannya. 

Karenanya, kata Abdul Rahman, pustakawan saat ini harus memiliki kompetensi penguasaan TIK, kemampuan riset, kemampuan komunikasi, mengajar, menulis, mengemas informasi, manajemen informasi, dan telaah sistem kepustakawanan. [USU]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.