Dark/Light Mode

Laporan Bank Dunia

Orang Miskin Nggak Mampu Beli Makanan, Kasian Sekali

Jumat, 18 Desember 2020 07:50 WIB
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen. (Foto: Youtube)
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen. (Foto: Youtube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank Dunia mencatat krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 sangat berdampak bagi orang miskin di Indonesia. Mereka nggak mampu lagi membeli makanan pokok. Jika tidak segera diatasi, ada potensi gizi buruk dan kelaparan. Duh, kasihan sekali ya...

Temuan tersebut terungkap dalam laporan akhir tahun Bank Dunia bertajuk “Prospek Ekonomi Indonesia: Menuju Pemulihan Aman dan Cepat” yang disampaikan secara virtual, kemarin.

Apa isi laporannya? Secara umum, laporan Bank Dunia itu memaparkan kondisi ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020. Seperti dampak pandemi terhadap perekonomian, berbagai usaha pemerintah dalam mengatasinya, dan tantangannya di masa depan.

Bank Dunia menyebut ekonomi Indonesia perlahan mulai pulih di paruh pertama 2020. Namun, dampak krisis tak serta merta hilang. Soalnya, pemulihan belum merata di semua sektor. Sektor-sektor yang masih memerlukan kontak fisik seperti perhotelan, transportasi, dan restoran, hanya sebagian yang pulih. Sebagian lagi terpaksa ambruk. 

Akibatnya, jumlah pengangguran dan orang miskin terus meroket. Selain dua masalah itu, muncul kerawanan pangan akibat banyak orang kehilangan pekerjaan.

Baca juga : China, Aneh Tapi Nyata

Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen mengatakan, di masa pandemi ini, ketahanan pangan memang jadi masalah krusial. Bank Dunia menemukan makin banyak rumah tangga yang tak mampu membeli makanan pokok karena kehilangan pendapatan.

Hal ini diperparah dengan ketersediaan pangan di Indonesia cenderung berpusat di daerah perkotaan. “Jadi masalah pangan bukan lagi soal ketersediaan, tapi keterjangkauan. Pasokan pangan ini lebih banyak dinikmati oleh yang mampu, tapi tidak untuk kelompok miskin,” kata Kahkonen.

Selain itu, ada faktor yang cukup memperberat kondisi ini. Harga beras di Indonesia paling mahal dibandingkan negara lain di kawasan. Harga pangan tinggi karena ada pembatasan perdagangan domestik dan internasional serta tingginya biaya pemrosesan, distribusi dan pemasaran.

Jika masalah ini tidak segera ditindaklanjuti, kata dia, akan terjadi malnutrisi alias kurang gizi dan kelaparan. Apalagi saat ini, Indonesia menempati peringkat rendah dunia dalam hal konsumsi sayur dan buah per kapita. Kahkonen memberikan warning agar persoalan ini tidak disepelekan.

Di akhir laporan, Bank Dunia juga memberikan sejumlah saran mengatasi berbagai persoalan ekonomi dan ketahanan pangan. Soal pangan, Bank Dunia menyarankan agar memperluas ketahanan pangan sehingga harga terjangkau untuk semua.

Baca juga : Orang Miskin Makin Miskin

Di acara yang sama, Plt Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, Ralph van Doorn memberikan sejumlah saran agar ekonomi Indonesia bisa cepat pulih. Selain mengutamakan sektor kesehatan, pemerintah diminta terus memberikan bantuan dan dukungan bagi rumah tangga. Apalagi, konsumsi rumah tangga merupakan motor penggerak perekonomian Indonesia.

Selain itu, kata dia, pemerintah juga perlu memberikan dukungan bagi dunia usaha, melakukan reformasi fiskal, untuk menggenjot pertumbuhan jangka panjang. Dengan begitu, akan tercipta lapangan kerja untuk masyarakat.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menyarankan, pemerintah harus melanjutkan program bansos tunai. Menurut dia, bansos tunai dianggap paling efektif dalam melindungi masyrakat dari jurang kemiskinan.

Ia berharap, program tersebut tak hanya menyasar kelompok miskin, tapi juga menyentuh kelas menengah yang rentan miskin.

“Bantuan seperti subsidi gaji saya kira perlu dilanjut. Bila perlu, nominalnya pun ditambah sebab yang saat ini dibagikan masih dirasa kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari,” saran Bhima.

Baca juga : Resso Bikin Penggemar Dan Musisi Makin Dekat

Indef juga memproyeksi tingkat kemiskinan Indonesia pada 2021 diperkirakan naik seiring dengan belum berakhirnya pandemi Covid-19.

Menurut perhitungan Indef, tingkat kemiskinan akan bertambah 10,5 persen pada tahun 2021. Masyarakat miskin diproyeksi bertambah sekitar 1 juta jiwa, sehingga total masyarakat miskin diperkirakan mencapai 28,37 juta jiwa. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.