Dark/Light Mode

Komnas HAM Rilis Survei

Rakyat Takut Kritik Penguasa, Kok Bisa

Senin, 4 Januari 2021 07:23 WIB
Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara (Foto: Istimewa)
Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Tholabi menyebut, survei yang dirilis Komnas HAM persis dengan catatan yang pernah dibuat akademisi dan masyarakat sipil. Terutama tentang dorongan perubahan UU ITE yang menjadi norma karet. 'Termasuk perlunya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi," paparnya, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Meski demikian, lanjutnya, kebebasan berpendapat dan menyampaikan kritik harus tetap dalam koridor hukum dan moral. "Kritik tidaklah identik dengan hoaks. Kebebasan menyatakan pendapat yang merupakan hak asasi warga juga tidak bisa dilepaskan dari spirit hukum dan moral," terang Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta itu.

Baca juga : Ibu Hamil Tak Usah Stres, Jangan Takut Kontrol Ke RS

Pakar hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta, Chairul Huda, tidak heran dengan hasil survei Komnas HAM itu. Dia melihat, saat ini memang banyak warga yang takut menyampaikan kritik. "Jangankan rakyat, banyak pengamat juga takut," ucapnya, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

DPR ikut menyikapi hasil survei Komnas HAM itu. Ketua Komisi III DPR, Herman Herry, melihat temuan Komnas HAM dapat dijadikan masukan yang baik bagi pemerintah dan aparat penegak hukum. Dia pun mendesak pemerintah membenahi kinerja, terutama yang berhubungan dengan HAM. 

Baca juga : Firli Masih Hoki

Untuk Komnas HAM, Herman juga meminta kinerja nyata. "Saya mendorong Komnas HAM, selain melakukan rilis, juga harus melakukan sinergi dan koordinasi dengan aparat penegak hukum lainnya untuk berdiskusi terkait temuan ini," ucap politisi PDIP itu. 

Untuk publik, dia mengajak menelaah lebih dalam rilis Komnas HAM. Sebab, yang takut hanya 29 persen. Artinya, lebih sedikit dibandingkan responden yang tidak takut mengkritik pemerintah. "Selain itu, pada kenyataannya, di medsos setiap hari kita masih melihat masyarakat masih bebas menyampaikan kritiknya kepada pemerintah," terangnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.