Dark/Light Mode

Hasil Investigasi

SJ182 Jatuh Karena Loyo

Kamis, 11 Februari 2021 07:38 WIB
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono (Foto: Istimewa)
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Pada pukul 14.40 WIB detik ke-5, FDR merekam ketinggian SJ182 pada 10.900 kaki. Di sini, pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif dan tuas mesin sebelah kiri berkurang. "Arah pesawat di 0,16 derajat, sikap pesawat pada posisi naik atau pitch up, pesawat miring atau roll ke kiri," ungkapnya. Saat itu, tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri berkurang, sedangkan yang kanan tetap. 

FDR mencatat, aktivitas terakhir pesawat pada pukul 14.40.10 WIB. Saat itu, autothrottle mulai tidak aktif dan pesawat dalam keadaan menunduk. "Sekitar 20 detik kemudian, flight data recorder mulai berhenti merekam," ucapnya.

Baca juga : Bahlil: Investasi Tesla Semakin Dekat Ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Nurcahyo mengaku masih belum dapat memastikan penyebab kerusakan autothrottle. Dia menyebut, tuas itu terkait dengan 13 komponen lain di pesawat. "Masalahnya di mana, saat ini kami belum bisa menentukan," kata dia.

Dari hasil investigasi, KNKT kemudian menemukan adanya dua kerusakan pesawat yang ditunda perbaikannya (Deferred Maintenance Item/DMI) sejak 25 Desember 2020. Pertama, pada 25 Desember 2020 ditemukan penunjuk kecepatan atau march/speed indicator pada sisi kanan rusa. Meski ada penundaan perbaikan, pesawat tetap bisa terbang kala itu. Pasalnya, penundaan tersebut masuk ke dalam kategori C, yang artinya boleh sampai batas waktu 10 hari. "Tanggal 4 Januari 2021, indicator akhirnya diganti dan hasilnya bagus sehingga DMI ditutup," tuturnya.

Baca juga : BKPM: Realisasi Investasi 2020 Lampaui Target

Kedua, adanya laporan pilot bahwa autothrottle tidak berfungsi. Itu terjadi pada 3 Januari. Namun, hal itu sudah diperbaiki dan hasilnya bagus. Nurcahyo melanjutnya, hingga 9 Januari 2021, tidak ditemukan lagi catatan penundaan perbaikan pesawat Sriwijaya SJ182. 

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, untuk mengetahui penyebab pasti perlu data CVR. Tanpa data CVR, badan investigasi keselamatan tak bisa memberikan kesimpulan ilmiah. Ia berharap, pencarian CVR terus dilanjutkan. "Sepanjang sanggup bisa dilakukan dibantu dengan Kemenhub, Basarnas, kami akan terus mencari hingga ketemu,” ujarnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.