Dark/Light Mode

Baru Nikah 6 Bulan Langsung Jadi Bomber

Teroris Honeymoon Di Neraka

Selasa, 30 Maret 2021 07:40 WIB
Anggota polisi mengamati motor yang digunakan terduga pelaku bom bunuh diri sebelum dievakuasi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). (ANTARA/Arnas Padda)
Anggota polisi mengamati motor yang digunakan terduga pelaku bom bunuh diri sebelum dievakuasi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). (ANTARA/Arnas Padda)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pihak kepolisian berhasil mengungkap identitas kedua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar (28/3). Ternyata kedua pelaku adalah pasangan suami istri yang baru 6 bulan nikah. Kedua pelaku yang telah mati konyol, tidak bisa lagi menikmati bulan madu sebagai pengantin baru. Kalau pun ada, maka honeymoon keduanya di neraka.

Identitas dari kedua pelaku itu diungkap langsung Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Kata Listyo, pasutri itu berinisial L dan YSF. Keduanya adalah pengikut kelompok Jamaah Ansharut Daulay (JAD).

“Saudara L dan YSF beberapa bulan lalu, tepatnya enam bulan dinikahkan oleh Rifaldi yang beberapa waktu telah ditangkap pada Januari,” kata Sigit dalam konferensi pers di Makassar, kemarin.

Baca juga : Baru 6 Bulan Terdaftar, Ahli Waris PKL Terima Santunan Rp 42 juta

Mereka sering mengikuti pengajian yang berisi doktrin jihad di perumahan Villa Mutiara Cluster Biru, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Keduanya berperan memberikan doktrin. Sebenarnya, banyak yang dilakukan kedua orang ini. Seperti mempersiapkan rencana jihad, dan membeli bahan yang akan digunakan untuk bom bunuh diri.

Pasca aksi bom bunuh diri di Katedral Hati Kudus Yesus Yang Mahakudus, polisi menangkap 13 terduga teroris lainnya. Rinciannya: 5 di Bima, Nusa Tenggara Barat, 4 di Sulawesi Selatan (Sulsel), dan 4 di Jakarta-Bekasi. Kata Sigit, 4 teroris di Sulsel diduga membantu L dan YSF membeli bahan peledak untuk melancarkan aksinya di depan katedral Makassar.

Sementara di Condet dan Bekasi, Tim Densus 88 menyita sejumlah 5 bom aktif berjenis bom sumbu, dan beberapa bahan baku pembuatan bom: 5 toples besar aseton, H202, HCL, sulfur, maupun termometer.

Baca juga : Polisi RW di Bogor Dapat Prioritas Suntik Vaksin

“Bahan-bahan ini akan diolah menjadi bahan peledak. Jumlahnya kurang lebih 4 kilo. Kemudian ditemukan bahan peledak yang sudah jadi jenis TATP dengan jumlah 1,5 kilo,” ungkap Sigit.

Kepala Badan Nasional Penanggulanan Terorisme (BNPT), Irjen Boy Rafli Amar menduga pasutri itu belajar merakit bom lewat pelatihan online di media sosial. Kedua pelaku sendiri tergolong masih muda, karena sang suami: L, merupakan kelahiran 1995.

Informasinya, ada beberapa narasumber senior dari kalangan mereka yang memberikan materi tersebut. Bahkan, narasumber itu sudah terlatih di luar negeri. “Ini bisa seperti ini. Jadi ideologi ini terus dikembangkan oleh kelompok-kelompok radikal terorisme. Jadi sama-sama kita cegah,” imbuh Boy.

Baca juga : Viktor Sirait, Relawan Jokowi Yang Jadi Komisaris Independen Waskita Karya Wafat

Pengamat intelejen dan terorisme, Al Chaidar lebih detail mengungkap tradisi kelompok JAD. Ia menyebut pasutri yang meledakkan diri itu sudah lama menjadi anggota JAD. Keduanya dijodohkan, agar keanggotaannya tetap tertutup.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.