Dark/Light Mode

Soal Nanggala

KSAL Jangan Lempar Batu Sembunyi Tangan!

Kamis, 29 April 2021 07:50 WIB
Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Yudo Margono (kanan) beserta istrinya Veronica Yudo Margono (kiri) berbincang dengan istri Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Kolonel Laut (P) Harry Setiawan, Winny Widayanti (kedua kiri) saat kunjungan di Desa Tebel, Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (27/4/2021). (Foto: ANTARA/Umarul Faruq)
Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Yudo Margono (kanan) beserta istrinya Veronica Yudo Margono (kiri) berbincang dengan istri Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Kolonel Laut (P) Harry Setiawan, Winny Widayanti (kedua kiri) saat kunjungan di Desa Tebel, Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (27/4/2021). (Foto: ANTARA/Umarul Faruq)

 Sebelumnya 
“Belum setahun sudah dua KRI alami kecelakaan,” tekan Nuning.

Eks anggota DPR ini juga mengkritik terkait waktu persiapan kapal dan awaknya sebelum melakukan latihan. Berdasarkan informasi yang diterimanya, jelang keberangkatan KRI Nanggala-402 ke perairan Bali, hanya melakukan persiapan selama dua minggu. “Kalau mau matang, persiapannya itu dua bulan. Lho, ini hanya seminggu, kan tidak paripurna,” cecarnya.

Karenanya, Nuning mendesak pemerintah melakukan evaluasi secara menyeluruh. “Kejadian ini harus menjadi peluit peringatan agar pemerintah mengevaluasi alutsista yang kita miliki, sistem perawatan (MRO),” sebut Nuning.

Baca juga : Stok Kapal Selam RI Kini Tinggal 4, Yang Siap Tempur Cuma 3

Apa tanggapan TNI AL? Kepala Dinas Penerangan AL (Kadispenal), Laksamana Pertama Julius Widjojono menuturkan, musibah kapal selam bukan kali pertama terjadi di dunia. Negara besar seperti Rusia, Amerika Serikat, pernah beberapa kali mengalami kecelakaan kapal selam. Sedangkan Indonesia setelah puluhan tahun baru kali ini terjadi.

“Asrena dan ahli gelombang laut telah mengemukakan hal yang terjadi jika penyelam statis lalu kena pusaran laut. Jadi dimungkinkan karena faktor alam,” bebernya saat dimintai penjelasan oleh Rakyat Merdeka, kemarin.

Sebelumnya, Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) KSAL Laksda Muhammad Ali menjelaskan, pada saat kapal selam menyelam, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor arus bawah laut yang berbeda tergantung kondisinya. Artinya, awak kapal selam sebelum beroperasi mesti melihat panduan untuk menyampaikan kondisi daerah yang dituju, seperti faktor oseanografi maupun hidrografi.

Baca juga : BSI Bangga Pembiayaan mikro Tumbuh Hingga 116,7 Persen

Sayangnya, menurut Julius, alasan ini tidak akan bisa diterima jika amatan segelintir orang punya tujuan tertentu. Apa itu?

“Saya pribadi prihatin, sangat prihatin, adanya individu tertentu yang sangat sengaja dan tidak proporsional apalagi profesional melakukan analisa terhadap musibah ini, justru dibawa ke arah suksesi Panglima TNI,” sambarnya.

Padahal, kata dia, Yudo bukan tipikal orang yang ambisius mencari jabatan, apalagi memaksakan untuk menduduki jabatan tertentu. “Berkali-kali disampaikan ‘aku anak petani’ jadi KSAL saja sudah hebat,” tutur Julius menirukan ucapan Yudo.

Baca juga : Sambangi Markas PDI Perjuangan, PKS Belajar Oposisi Dari Banteng

Dia berharap hal-hal semacam ini disudahi. Sebab bosnya itu tidak akan lempar batu sembunyi tangan. “Jangan lagi diarahkan ke personal sehingga dipaksakan kapal selam seperti angkot, dipaksakan kesalahan ke KSAL,” imbuhnya.

Apakah ada yang disanksi dari kejadian ini? Julius mempersilakan publik untuk mengawasinya. “Tunggu hasil evaluasi. KSAL sangat jelas blak-blakan ayo bicara sampaikan jangan takut. Kasarannya koboy, objektif proporsional dan profesional,” pungkasnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.