Dark/Light Mode

Peringatan Kelahiran Pancasila

Waka BPIP: Stop Perdebatan Harlah Pancasila 1 Juni

Jumat, 28 Mei 2021 07:54 WIB
Wakil Kepala BPIP Hariyono. (Foto: ist)
Wakil Kepala BPIP Hariyono. (Foto: ist)

 Sebelumnya 
Hariyono memaklumi karena notulensi sidang BPUPK yang asli dirampas oleh Belanda. Belakangan diketahui berada di arsip nasional Belanda atau Algemen Rijksarchief (ARA) di Den Haag dan dikembalikan ke Indonesia pada 1989.  

Satu-satunya salinan Risalah Sidang BPUPK dimiliki Sekretaris Ketua BPUPK AG Pringodigdo. Sayangnya buku itu dipinjam oleh M Yamin dan baru diketahui keberadaannya  di Perpustakaan Pura Mangkunegaran, Solo, pada 1990. 

Belakangan diketahui, dokumen itu ternyata tersimpan di rumah putra M Yamin, Rahadian. Setelah Rahadian meninggal pada 1979, berbagai buku milik Rahadian dibawa oleh istrinya ke Perpustakaan Mangkunegaran. Istri Rahadian kemudian mengundang Pak Hartono, orang arsip dari Semarang, untuk menata buku-buku tersebut.

Baca juga : DPR Dorong Penerbitan PP Holding Ultra Mikro

Saat menata itu ditemukan salinan Risalah BPUPK yang kemudian diserahkan lagi ke Arsip Nasional RI. Kini, baik dokumen yang asli maupun yang salinan yang dipinjam Yamin  sekarang sudah ada di ANRI.

"Kami dari BPIP berharap ANRI dapat segera menerbitkan dokumen tersebut agar mudah diakses oleh publik sebagai bagian untuk meningkatkan literatur kebangsaan secara jujur dan terpercaya" cetus Hariyono. 

Menurut Hariyono, dokumen notulensi itu sangat penting. Karena memuat laporan rinci tentang segala perdebatan yang terjadi dalam sidang-sidang BPUPK dan PPKI yang sedang merancang konsep berbangsa dan bernegara. Dari sana lah publik bisa mengetahui perdebatan, perselisihan, dan konsensus yang terjadi di balik kelahiran konstitusi Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945.

Baca juga : Pimpin Kenaikan Pangkat 33 Perwira Tinggi, KSAD: Amanah Hingga Purnabakti

Berdasarkan notulensi sidang BPUPK/PPKI, terlihat  jelas bahwa Soekarno adalah satu-satunya yang punya rumusan komprehensif dan menyeluruh tentang dasar negara.  Soekarno pula satu-satunya orang yang dalam sidang BPUPK menyebut kata “Pancasila". Dan berdasarkan pidato itulah dibentuk panitia kecil untuk dirumuskan sebagai dasar negara.

Hariyono mengingatkan, peringatan Harlah Pancasila penting untuk menegaskan kembali bangsa Indonesia memiliki landasan bernegara. Terutama di era sekarang dengan masuknya pikiran ideologi transnasional, baik yang datang dari ideologi liberal kapitalisme maupun yang datang konsep khilafah.

Agar pemahaman dan pengamalan Pancasila dapat dilakukan secara masif dan sistematis dia berharap Kemendikbud Ristek mengajarkan Pancasila sebagai pelajaran di sekolah  dan mata kuliah wajib di perguruantinggi. Agar kognisi publik tidak kosong, sehingga bisa menyaring ideologi lain. Tidak hanya itu, Pancasila sebagai bintang penuntun bagaimana Indonesia bisa inovatif dan kreatif, sehingga menjadi bangsa yang berdaulat. 

Baca juga : BPIP: Peringatan Harlah Pancasila Serentak Di 34 Provinsi

Guru besar sejarah politik Universitas Negeri Malang ini juga berharap Pancasila tidak sekedar dipahami sebagai alat pemersatu bangsa yang sarat dengan nilai nilai toleransi, tetapi juga nilai nilai progresif yang bisa membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, adil dan makmur dengan mempelajari dan mengelola IPTEKS secara kreatif dan inovatif. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.