Dark/Light Mode
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Sebelumnya
Belum lagi kalau institusi pendidikan tersebut mengadakan perjalanan lokal seperti studi banding dalam berbagai modus: dalam kota seperti berkunjung ke museum, regional seperti wisata antar provinsi, bahkan global seperti wisata ke luar negeri, umrah, dan sebagainya.
Jadi kerinduan untuk PTM sebenarnya didorong banyak hal. Kebiasaan yang sudah membudaya dan melekat bertahun-tahun yang kemudian serta merta diputus tanpa ba-bi-bu dan tanpa ampun. Bayangkan saja, biasanya ada orang tua yang menunggui anaknya sambil “ngerumpi” di cafe sampai anaknya selesai belajar, hari ini dipaksakan belajar di rumah dan harus didampingi oleh orang tuanya.
Saat ini, mau dibantu privat atau bimbingan belajar, karena mengandalkan media daring, tetap saja dianggap memberikan tambahan pekerjaan orang tua.
Sementara itu, bagi para pelaku bisnis derivat dari sistem pendidikan, yang sudah banyak berjatuhan karena mereka tidak lagi memiliki akses kepada siswa, lembaga, maupun orang tua, tentu PTM akan menjadi semacam cahaya baru bagi keberlanjutan kehidupannya.
Baca juga : Kota dan Modal Budayanya
Dapur yang selama ini kadang nyala kadang mati karena tidak ada sumberdaya yang bisa dipanaskan, akan kembali menyala. Begitu juga usaha-usaha (terutama yang kelas Ultra Mikro dan Usaha Kecil) lain seperti ojek, antar jemput, privat ke rumah, dan sebagainya, kembali akan hidup dan mengisi kesibukan hari-hari kota. Di rumah, orang tua akan kembali sibuk menyiapkan sarapan tepat waktu, seragam, dan tentu saja sejumlah dana untuk jajan anak-anaknya dan (tentu saja) dirinya.
PTM telah menjadi harapan banyak orang dan kalangan. Sejatinya pemerintah mendengar dan merasakan denyut ini. Bahkan ketika ekonomi terpuruk karena banyaknya aktivitas yang terhenti (disrupsi), PTM tidak bisa dilihat hanya pada satu aspek: PBM semata. PTM baru yang diterapkan dengan prokes yang ketat, memiliki dampak signifikan pada masyarakat—terutama masyarakat kota.
PTM bisa menjadi daya ungkit ekonomi masyarakat kita yang sudah sejak bawaan memang aktif, produktif dan kreatif. [*]
[Penulis adalah Doktor Sosiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Anggota Komisi Infokom MUI Pusat]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.