Dark/Light Mode

Warga Kota Yang Kesepian

Rabu, 11 November 2020 23:11 WIB
Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si.
Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si.

RM.id  Rakyat Merdeka - Suasana pandemi yang sudah memasuki lebih dari setengah tahun, tentu telah menimbulkan berbagai hal pada kehidupan keluarga di Indonesia. Jika kita petakan, bagaimana respon warga terhadap suasana sosiologis di masa pandemi, maka bisa ditemukan fakta-fakta berikut:

Pertama, mereka yang menurut pada anjuran pemerintah secara ekstrim. Artinya mereka benar-benar bukan saja menerapkan protokol kesehatan secara ketat, tetapi menambahi dengan berbagai atribut sosial yang tidak kalah ketat, seperti tidak atau sedikit sekali berinteraksi di luar rumah. Bahkan, ada yang keluar rumah hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti belanja sayuran dengan jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi isi kulkas.

Kedua adalah mereka yang menyikapi dengan moderat. Membatasi diri untuk berinteraksi serta menjaga protokol kesehatan secara wajar, seperti memakai masker, selalu mencuci tangan dengan air sabun atau hand sanitizer, dan sebagainya. Mereka ini umumnya tidak membatasi diri untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial, teman kantor, dan ruang publik lainnya -meski dengan model yang dibuat terbatas.

Baca juga : Waspadai Warga Kaltara Yang Akan Kembali Ke Tanah Air

Ketiga, adalah mereka yang menyikapinya asal saja. Anjuran pemerintah didengarkan, tetapi juga tidak ditaati dengan baik. Bisa jadi mereka tetap menggunakan masker, tetapi seadanya saja.

Keempat, adalah mereka yang menyikapi dengan cara bertentangan secara ekstrim dengan apa yang dianjurkan pemerintah. Tidak menggunakan masker, dan berperilaku seperti sebelum new normal ini.

Dari keempat model respon tersebut, tentu saja setidaknya untuk tiga respon pertama akan memberikan dampak nyata pada tatanan kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah menghasilkan masyarakat yang terasing dan kesepian.

Baca juga : Putar Otak Atasi Resesi

Sebelum melangkah lebih jauh, yang dimaksud dengan keterasingan di sini adalah perasaan yang timbul karena lingkungan sosialnya seperti tidak dikenali lagi. Sehingga ia kemudian merasa hidup sendirian.

Sedangkan perasaan kesepian merupakan kelanjutan dari rasa keterasingan yang mengalami proses kristalisasi, karena mininnya interaksi. Keterasingan dan kesepian ini kemudian membuat dia harus menjaga jarak sosial, dan bahkan kehidupan dari ruang atau arena yang selama ini menjadi tempat ini menambatkan kebudayaan bersama orang lain.

Mereka yang mengalami perasaan keterasingan dan kesepian ini umumnya orang kota. Alasannya, karena mereka cukup terbiasa dalam suasana yang riuh, berhimpitan, berkontestasi, dan berdesak-desakan secara sosial, ekonomi, dan budaya. Apalagi jika mereka juga hidup sehari-hari pada perumahan yang padat atau pada perumahan vertikal.

Baca juga : Terawan Jangan Kegeeran

Namun karena dasarnya manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon), maka upaya struktural yang menghasilkan keterasingan dan kesepian ini pun jebol juga. Karena hakikatnya manusia bukan subyek yang akan merasa nyaman dalam suasana terasing dan sepi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.