Dark/Light Mode

Hanafi, Pustakawan Perpustakaan Bung Karno

Kiprah Perpustakaan Bung Karno Lestarikan Kearifan Lokal Kota Patria

Kamis, 8 Juli 2021 13:18 WIB
Pustakawan Perpustakaan Bung Karno, Hanafi (Foto: Istimewa)
Pustakawan Perpustakaan Bung Karno, Hanafi (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Melalui fasilitas layanan ampytheater yang menampung kapasitas 700 hingga 1.000 orang, Perpustakaan Proklamator Bung Karno memfasilitasi para budayawan dan komunitas untuk dapat tampil di sana menggelar kegiatan pentas teater seni budaya. Dengan adanya ampytheater ini, diharapkan kualitas seni budaya di Blitar semakin meningkat. Warga Blitar akan mendapatkan hiburan, melestarikan budayanya, dan tentu saja akan berdampak peningkatan wisatawan.  

Keberadaan ampytheater budayawan ini disambut antusias. Banyak pihak antre mengajukan penggunaan ampytheater, termasuk untuk bedah buku. Antara lain buku “Pustaka dan Kebangsaan”, yang didalamnya membahas sejarah pustaka dan kebangsaan Indonesia, yang mengaitkan peran kepustakawanan dalam mengembangkan budaya baca.

Baca juga : Salim, Kebiasaan Kecil Yang Punya Pengaruh Besar

Ada juga kegiatan inklusi sosial yang tujuannya memberdayakan masyarakat sekitar perpustakaan. Memberdayakan koleksi tidak hanya untuk dibaca, namun dapat diaplikasikan sehingga dapat menyejahterakan masyarakat. Pada 2020, Perpustakaan Proklamator Bung karno menyelenggarakan beberapa kegiatan bertema inklusi sosial antara lain history telling; penulisan karya tulis yang mengundang novelis ternama Kirana Kejora, dan literasi mustikarasa.
Kota ini sangat kental semangat nasionalismenya.  

Pada Juni, yang merupakan bulan Bung Karno, dan terdapat banyak kegiatan di perpustakaan. Dimulai pada 1 Juni, yang ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila, diadakan Grebeg Pancasila. Grebeg artinya kebersamaan. Kegiatan ini mirip dengan Grebeg Maulid yang diadakan di Kraton Yogyakarta. Hanya saja, grebeg ini untuk memperingati hari Lahir Pancasila. Terdapat 500 Grebeg Pancasila, dimulai pada 31 Mei pukul 19.00-21.00, dilakukan bedol pusaka negeri yaitu Kirab Pusaka Negeri dari Balai Kusuma Wicitra (Rumah Dinas Wali Kota) ke Balai Kota untuk disemayamkan. 

Baca juga : Kiai Maruf Ingatkan Ekosistem Syariah Harus Berbasis Digital Dan Kearifan Lokal

Para pegawai menggunakan pakaian Soekarno Look, sedangkan masyarakat memakai baju jadul. Dalam upacara, dibacakan sejarah Pancasila, sebagai pengingat, menghargai pahlawan, dan diharapkan Pancasila dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada pukul 09.30-11.00, dilakukan kirab gunungan lima dari Alun-Alun menuju Makam Bung Karno. Berjumlah lima untuk menggambarkan 5 dasar negara. Pada jam yang sama, di Makam dan di Perpustakaan Bung Karno dilakukan kegiatan kenduri Pancasila.

Pada 6 Juni, yang merupakan hari lahir Bung Karno, masyarakat berlomba-lomba membuat tumpeng untuk dibawa ke sepanjang jalan makam. Pada 21 Juni, yang merupakan wafatnya Bung Karno, juga dilakukan banyak kegiatan. Ada juga peringatan PETA dan pawai kebangsaan. 

Baca juga : Paradigma Perpustakaan Sudah Berubah, Pustakawan Harus Kompeten

Perpustakaan Proklamator Bung Karno, sebagai bagian dari Perpusnas yang berlokasi di Blitar, ikut juga menyukseskan penggunaan pakaian jadul dan pakaian Soekarno Look. Dengan kearifan lokal yang ada di Blitar dan keberadaaan Perpustakaan Proklamator Bung Karno, semoga dapat menjadi inspirasi dan contoh bahwa rasa nasionalisme dan toleransi dapat dipupuk dan dilestarikan. Seperti yang tertulis “Bung Karno untuk Indonesia” pada Gedung Perpustakaan Proklamator Bung Karno dan kearifan lokal seperti gotong royong, kebersamaan, persatuan dan keagamaan masih dapat diterapkan dan dapat memperkokoh identitas dan jati diri bangsa.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.