Dark/Light Mode

Kata Menkes Soal Penanganan Corona RI

Dulu Dicela, Kini Dipuji

Jumat, 10 September 2021 07:40 WIB
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Dok. BNPB)
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Dok. BNPB)

 Sebelumnya 
Eks Wakil Menteri BUMN ini mengungkapkan, pujian kepada Indonesia bukan hanya berhasil menurunkan kasus. Tapi juga capaian program vaksinasi. Salah satunya, pujian dari Menkes Italia, Roberto Speranza.

Menurut BGS, Menkes Italia itu kaget dengan tingginya capaian vaksinasi di Indonesia yang telah telah melakukan penyuntikan vaksin terhadap 108 juta jiwa penduduk. Sebanyak 69 juta orang di antaranya dosis pertama.

Dia melanjutkan, Speranza penasaran kenapa Indonesia bisa melakukan vaksinasi begitu banyak. Mereka tanya apakah Indonesia punya pabrik vaksin.

Baca juga : Luhut Bilang Terkendala Tapi Bisa Terkendali

“Saya bilang kita tak punya pabrik vaksin. Tapi kita lobi semua produsen untuk dapat vaksin sebanyak-banyaknya,” ungkapnya.

Eks Bankir ini menyebut, Indonesia sudah mendatangkan sebanyak 225.922.500 dosis vaksin Covid-19, dengan rincian 153.900.280 vaksin bulk atau mentah dari Sinovac. Kemudian 33 juta vaksin jadi dari Sinovac, 20.015.540 dosis vaksin AstraZeneca, 8.250.000 vaksin Sinopharm, 8.000.160 dosis vaksin Moderna, dan 2.756.520 dosis vaksin Pfizer.

Meski keadaan relatif membaik, BGS mewanti-wanti masyarakat agar tidak lengah dan lelah dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara disiplin. Meski pemerintah melakukan relaksasi kebijakan di sektor sosial-ekonomi, namun masyarakat diharapkan tetap membatasi mobilitas.

Baca juga : Dibilang Takjub Dengan Situasi Covid RI, Seperti Apa Penanganan Corona Di Malaysia?

Hal senada juga disampaikan Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono. Menurutnya, capaian yang sudah baik ini jangan membuat masyarakat lantas lengah dan mengabaikan prokes. Kata dia, ada kemungkinan Corona di Jabodetabek bisa meningkat lagi seiring pembatasan yang longgar serta pelacakan kontak erat yang sangat lemah.

“Probabilitas penularan memang sekarang sedang menurun, tapi C-nya (kontak antarwarga meningkat, seiring pelonggaran PPKM). Probabilitas penularan turun, tapi kalau tingkat kontak antarwarga ditinggikan, ya otomatis akan meningkat lagi kasusnya,” jelas Miko.

Miko menilai bahwa pemerintah seharusnya tidak melonggarkan PPKM apabila tidak sanggup melakukan tes dan pelacakan kontak erat sesuai standar. Di Jabodetabek, terlebih di Jakarta, jumlah tes PCR yang dilakukan memang relatif memadai. Akan tetapi, rasio tes dan pelacakan kontak erat amat buruk. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.