Dark/Light Mode

Super Dad

Senin, 15 Juli 2019 05:37 WIB
Ngopi - Super Dad
Catatan :
WIDIA SAPUTRA

RM.id  Rakyat Merdeka - Ini cerita anak manusia di Jakarta yang membesarkan anak tanpa istrinya karena perceraian. Istilah kerennya, single parent. Istilah ini juga berlaku bagi wanita yang membesarkan anaknya tanpa suami karena perceraian atau kematian.

Menurut saya mereka adalah orang yang patut diacungi jempol. Sosok single parent ini saya temukan pada pria bernama Karwita. Pedagang ketoprak yang mangkal tak jauh dari Graha Pena, kantor saya, di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Dia bukan tukang ketoprak biasa. Pria asal Cirebon ini mengaku alumni STM Penerbangan, dia masuk angkatan kelima pada tahun 1990. Empat tahun kemudian, Karwita bekerja di salah satu maskapai penerbangan pelat merah. Sayang, kariernya tak langgeng. Cobaan demi cobaan menghampiri Karwita.

Baca juga : Sukerta Demokrasi

Kariernya berhenti, biduk rumah tangganya juga kandas. Ada hal prinsip yang tak bisa dikompromikan dengan sang istri, sehingga perceraian pun tak terelakkan. Di sini kebesaran jiwa Karwita diuji. Dia memilih mengambil hak asuh dua putranya, dan memboyongnya ke kampung.

Jadilah Karwita sebagai super dad, sebutan lain ayah yang mengurus anak-anaknya sendirian tanpa istri. Demi menghidupi dia dan anak-anaknya, Karwita merantau ke Jakarta, banting stir dari mekanik pesawat ke pedagang ketoprak. Dari hasil jualannya itu, sebagian disisihkan untuk membiayai anak- anaknya.

Setiap satu-dua bulan sekali dikirimkan langsung ke kampung. Karwita juga akan langsung pulang kampung bila mendengar buah hatinya ada yang sakit. Dia juga tak pernah absen mengurus segala tetek bengek persoalan pendidikan anaknya di kampung.

Baca juga : Ribut Daun

Pembaca mesti mencoba ketoprak Karwita. Meski gerobaknya hanya diterangi lampu yang cahaya remang-remang, tapi pembelinya lumayan ramai. Kebanyakan pelanggannya pengendara ojek online, sopir angkot M 09, dan sesekali saya melihat pelanggannya menunggang mobil mahal. Menurut saya, ketoprak Karwita itu pas di mulut dan kantong. Orang bilang selera bos harga anak kos.

Duda dua anak itu juga tak pelit membagi resep ketopraknya kepada saya tanpa meminta royalti dan khawatir kelak dagangnya akan tersaingi. Ketoprak Karwita memakai tahu Bandung. Bumbunya murni meng- gunakan kacang tanah digiling dengan bawang merah dan putih, serta beberapa lembar daun jeruk supaya sedap. 

Lontongnya juga murni pakai beras, bukan dicampur dengan gendar agar lebih padat, besar, dan membuat rasanya menjadi kenyal. Bungkus lontongnya menggunakan daun pisang, bukan plastik es seperti yang pernah saya lihat belakangan ini pada beberapa pedagang ketoprak untuk mengirit belanja.

Baca juga : Serangan Fajar

Kerupuknya pun renyah. Begitu menggoda bunyi kriuknya terdengar saat beradu ketoprak saat dikunyah. Kalau mau pakai telor juga bisa. Mau dadar atau ceplok terserah saja. Tapi, terbatas. Sebab, dalam semalam Karwita hanya membawa sekilo saja. “Kalau lagi rame, dan semua pakai telor bisa repot. Pembeli kasian nunggunya kelamaan,” katanya.

Selain mahir meracik ketoprak, Karwita juga bisa memijat. Tapi, keahliannya yang satu ini tak banyak orang tahu dan tak pernah mau dikomersilkan. Suatu waktu dia pernah menolong tetangganya dikampung yang tertimpa sepeda onthel yang mengangkut karungan padi. Kakinya patah, dan harus digip.

Dengan sentuhan tangan Karwita, si tetangga tadi sembuh total. “Paginya dia sudah langsung bisa lari,” katanya. Karwita tak mau lama-lama di Jakarta, suatu saat dia mau pensiun. Dia bilang mau alih profesi. Sisa umurnya mau diabdikan menjadi tukang urut di kampung halamannya. Semoga cita-citamu terlaksana, Kang Karwita. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.