Dark/Light Mode

Komite Emak-emak

Jumat, 19 Juli 2019 07:32 WIB
Ngopi - Komite Emak-emak
Catatan :
WAHYU SURYANI

RM.id  Rakyat Merdeka - “Duh, rempong”, kalimat yang keluar dari mulut salah satu wali murid di sekolah anak saya. Maksudnya repot banget. Si wali murid ini ngomongin pengurus komite kelas yang mengundurkan diri. 

Tahun ini anak saya naik kelas 2 SD. Teman sekelasnya masih sama saat di kelas 1. Berharap ada rolingan, ternyata cuma wacana. Otomatis wali muridnya juga masih sama. Pengurus komite kelas juga harusnya nggak berubah.

Menurut beberapa wali murid kelas lain, komite kelas yang sudah terbentuk dari kelas satu biasanya tidak berubah. Karena akan terkait dengan kepengurusan komite sekolah. Tapi, kelas anak saya rada beda. Pengurus komitenya kompak mengundurkan diri.

Baca juga : Ngetwit Rasis, Trump Digebuk Emak-emak Kece

Awalnya, itu diumumkan melalui grup whatsapp. Isinya, pengurus mengundurkan diri dan mempersilakan wali murid yang mau menggantikan bertemu dengan wali kelas. Banyak anggota kaget dan bertanya-tanya. Grup jadi ribut. Tang, ting, tang, ting, HP saya bunyi terus. Sebenarnya, kerja pengurus komite sudah baik dan maksimal.

Saya sampai memuji ketua komite yang begitu perhatian dengan anak-anak. Hampir tiap hari, ketua hadir di sekolah. Dia juga rajin menginfokan kepada orang tua yang belum atau telat menjemput anaknya di grup whatsapp. Ketua nggak mau pulang sebelum anak-anak dijemput atau pulang semua. 

Saya pernah bilang, antar jemput sebenarnya tanggung jawab wali murid, apalagi sudah ada jadwal masuk dan pulang sekolah. Mestinya kita yang aktif, bukan menunggu kabar dari ketua di whatsapp. Tapi, jawaban ketua membuat saya tersentuh. Dia bilang, “Nggak apa-apa kita berbuat baik”.

Baca juga : Emak-emak Adalah Kunci

Ketua juga rajin menyampaikan info ke wali kelas jika ada anak yang tak sekolah, baik izin atau sakit. Padahal, wali murid bisa langsung whatsapp atau telepon wali kelas. Tapi kenapa harus lewat ketua komite. Di sinilah saya merasa...ketua orang baik, memegang amanah dan tak pernah ngeluh.Termasuk soal keuangan.

Uang kas, uang sumbangan dan urusan tetek bengek lainnya. Ya, memang tak semua wali murid berpikir seperti saya. Ada saja yang julid, nyinyir, sering protes. Puncaknya ketika kenaikan ke kelas dua kemarin. Ribut-ribut di grup whatsapp. Ada yang menghakimi kinerja pengurus, ada juga yang bilang kurang transparan. Harusnya beginilah, begitulah.

Hal kayak gini yang memicu pengurus mengundurkan diri. Merasa apa yang sudah dilakukan tidak dihargai. Nah, kemarin, saya ikut rapat pembentukan pengurus komite kelas baru di sekolah. Emak-emak yang suka “rese” di grup nggak hadir.

Baca juga : Sampai Jumpa Amra

Wali murid yang hadir kesal, gerutu. Gara-gara emak-emak rese, pengurus komite yang baru ditunjuk langsung oleh wali kelas. Beruntung, saya nggak ditunjuk. Nggak kebayang deh harus ngadepin emak-emak rese. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :