Dark/Light Mode

Kasian Si Ruly

Kamis, 12 September 2019 07:43 WIB
Ngopi - Kasian Si Ruly
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Beberapa hari lalu, dalam perjalan dari rumah, di Depok, untuk liputan ke Senayan, seperti biasa, saya suka ngutak-ngutik handphone di dalam KRL. Mulai melihat-lihat media sosial hingga mengecek pesan singkat whatsapp.

Baru satu stasiun terlewatkan, di stasiun Depok Lama, saya mendapat pesan singkat whatsapp dari kawan lama. Namanya Ruly. Yang saya tahu, dia itu wirausaha di bidang percetakan. Usahanya maju.

Dulu, kami sempat satu bangku di sekolah. Jadi, hubungan saya dan dia lumayan dekat. Dia juga masih ingat cewek yang saya taksir, hingga cewek yang “ngejar-ngejar” saya. Heuheu.

Tapi sepertinya tak perlu saya ceritakan soal sepak terjang saya di dunia percintaan di sini. Khawatir banyak yang gak percaya.

Baca juga : Koalisi dan Oposisi

“Dhav, apa kabar? Hari ini sibuk gak. Bisa gw ketemu,” katanya dalam pesan singkatnya. “Alhamdulillah baik, rul. Kenapa Rul? Kalau mau ketemuan bisa di daerah Senayan,” jawab saya.

Singkat cerita, kami pun bertemu setelah menentukan lokasi janjian. Kami bertemu di daerah Senayan sekitar pukul 14.00 WIB. Saya pun menunggunya di tempat makan Aceh.

Dari jarak 50 meter, dia datang dengan senyum yang agak ditahan. Setelah ngaler-ngidul bercerita soal cewek yang dulu ngejar-ngejar saya, dia akhirnya menceritakan tentang kisahnya yang sulit keluar dari jeratan riba.

Usahanya hampir bangkrut. asetnya segera disita bank karena sulit membayar angsuran. Mulai angsuran mesin cetak, mesin photo copy, hingga mobil Avanza yang diambil sejak 2015.

Baca juga : Korupsi dan Sengon

Kalau ditotal, cicilannya sampai Rp 10 jutaan tiap bulannya. entah dia salah atau benar bertemu dengan saya. Sebab, saya tak punya uang untuk membantu, meski untuk satu kali cicilan.

Saya hanya bisa motivasinya sedikit. entah itu bisa bermanfaat atau tidak buatnya. Saya juga hanya bisa mendoakan agar dia segera keluar dari lilitan utangnya, dan tidak lagi pernah berurusan dengan riba.

Darinya saya belajar bahwa riba memang bukan solusi untuk meningkatkan perekonomian. Riba hanya akan menyengsarakan. Beda halnya dengan kawan saya satu lagi. Faisal.

Dia punya prinsip takkan pernah mau berurusan dengan riba. Bahkan, katanya sih salah satu cita-citanya mau memerangi riba. Kedengarannya agak aneh ya.

Baca juga : Disaksikan M Natsir

Tapi yang saya lihat, kehidupannya sekarang lebih baik dari Faisal. Setidaknya, dia bisa punya mobil tanpa ngutang. Cash. Aset ada, meski belum banyak.

Bahkan, sering traktir teman-temannya makan. Termasuk saya. Sekarang tinggal pilih, mau ngutang dengan cara riba atau tidak. [SHAHIH QARDHAVI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.