Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Beberapa waktu lalu, sahabat saya di kampung telepon. Ya, dengan cara itulah kami tetap berkomunikasi. Dalam sambungan telepon itu dia bercerita soal kegalauannya hidup di tengah masyarakat yang hobi melabeli diri.
Di antaranya dia cerita soal masa lajang dan nikah. Jika di rentang usia 25 tahun belum menikah, dianggap aneh dan tak lazim. Nikah terlalu muda, dicurigai hamil duluan. Nikah telat, dicap tidak laku. Dan label-label kejam lainnya.
Sahabat saya itu mengaku kadang merasa kesal. Dia ingin sekali bertanya, apa sih pertimbangan yang digunakan sampai terjadi kesepakatan tidak tertulis dan dianut masyarakat hingga era semodern sekarang.
Baca juga : Prioritaskan Kantibmas, Kapolres Diingatkan Soal Komunikasi
Dalam pandangan saya, banyak orang beranggapan, dari pertimbangan fisik dan mental, usia jelang tiga dasawarsa sudah cukup dewasa dan bertanggung jawab.
Lelaki dan atau perempuan di usia tersebut dianggap sanggup bekerja sama dalam sebuah tali ikatan bernama pernikahan. Secara logika, usia di atas dua puluh tahun, darah muda dan segar masih mengaliri otot dan menyebar ke seluruh tubuh.
Ketika pasangan ini mempunyai keturunan, tenaga perkasa semangat mengganda, sehingga siap memikul beban tanggung jawab yang besar. Tapi, lagi-lagi mereka lupa, pernikahan bukan soal itu saja.
Baca juga : Bernostalgia Dengan Musik Ska
Pernikahan itu soal saling. Saling berbagi peran, saling bekerja sama, saling menghargai, dan masih banyak saling lain lagi.
Kalau dari awal niat menikah sudah salah, bertemu orang yang kurang tepat tapi memaksakan karena takut dikejar umur tentu akibatnya fatal. Hidup kan tidak selalu berjalan ideal, ada kondisi yang kadang di luar pengharapan. Sehingga membutuhkan kesabaran.
Kalau mengikuti omongan atau penilaian oranglain, yang ada kita sendiri yang repot dan tidak bebas menentukan sikap. Urusan menikah, sebenarnya banyak faktor yang memengaruhi. Entah internal maupun eksternal, tapi menurut saya, sulit untuk dijabarkan.
Baca juga : PSSI Berencana Bangun Kompleks Sepak Bola di Sukabumi
Siapa juga yang tidak ingin menikah sebelum umur 25. Harapannya, ketika punya anak, kita masih memiliki energi yang prima untuk bermain dengannya.
Kadang susah menjelaskan, mengapa sampai usia tertentu, seseorang belum bersua dengan jodoh. Keadaan semakin bertambah susah, belum lagi harus kebal telinga dengan omongan orang sekitar. Namun, dari pengalaman pribadi nih, sebaiknya jangan terlalu khawatir perihal jodoh.
Selama kita mengisi penantian dengan aktif berikhtiar, berdoa kepada Tuhan diimbangi dengan usaha, memperluas pertemanan, tak menutup kemungkinan kesempatan bertemu dengan teman hidup yang klik di hati tak akan mustahil. [MENTARI KUSUMA W]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya