Dark/Light Mode
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
RM.id Rakyat Merdeka - Peristiwa mendadak dagang menjamur. Ada yang kulineran, reseller, jual tanaman, hingga peternak ikan cupang. Semuanya dadakan. Semendadak datangnya pandemi Corona.
Semuanya mengepung saya. Singkatnya, saya ikut barisan mendadak dagang. Pilihan saya, menjadi reseller frozen food.
Entah ini masuk barisan UMKM atau bukan. Perlu diuji konsistensinya. Kalau seumur jagung, saya pikir itu iseng saja. Tapi keisengan ini bisa membantu pemerintah untuk mendongkrak ekonomi yang terus melorot. Sekalipun Bantuan Langsung Tunai (BLT) sempat dicairkan. Ekonomi tetap tiarap.
Ekonomi tiarap, pedagang menggeliat. Ini menarik. Artinya, bangsa Indonesia ini cerdas-cerdas. Bisa membaca peluang. Tak heran jika banyak pakar ekonomi yang meresepkan kepada pemerintah untuk membantu pebisnis kecil. Dibantu sampai besar. Baru dilepas.
Baca juga : Nunggu Samsat Keliling Buka Lagi
Sumbangan UMKM dari segi kualitas kepada Negara memang kecil. Tapi kalau kuantitasnya tinggi, angkanya jadi besar juga. Alhasil, jumlah pengangguran karena pagebluk asal Wuhan yang konon katanya mencapai 5,2 juta jiwa itu, bisa cari makan menjadi pedagang.
Tidak hanya cari makan, bahkan pedagang itu harus bangga sebagai salah satu donatur negara. Saya yang dagang frozen food misalnya, menyumbang 10 persen pajak (PPN) untuk negara. Setiap produknya. Setelah menyumbang, baru kita berseni soal harga.
Saya memang masih pedagang seumur jagung. Jadi jangan tanyakan profit dahulu. Bisa berputar dan konsisten pun sudah baik. Tapi jadi pedagang, atau pengusaha ternyata bisa kaya. Teman saya misalnya, pengusaha properti, jadi orang kaya. Asetnya miliaran. Usianya baru 30-an.
Seangkatan pebisnis properti itu, termasuk saya, ya biasa saja. Soal kepemilikan rumah dan kendaraan saja masih perjuangan. Tapi tidak soal, rejeki dari Tuhan. Kalau Tuhan bisa membuat kaya teman saya, kenapa saya tidak. Pasti bisa. Tinggal berusaha dan kerja keras saja.
Bicara kaya, saya teringat kata-kata seorang motivator yang memang kaya dulu baru berbicara. Katanya, ada tiga cara menjadi orang kaya. Pertama, menikah dengan orang kaya. Kedua, menjadi anak orang kaya. Dan ketiga, menjadi pengusaha. Tinggal pilih, jalan menuju kaya.
Kalau pilihannya menjadi pengusaha, maka konsistenlah. Semangat. Selain ada kesenangan batin mendapatkan cuan, berbisnis ternyata membuat kita dekat dengan Tuhan. Setelah ikhtiar membeli produk, mengiklankan di sosmed dan buka lapak misalnya, kita pasti berdoa agar dagangannya laku.
Para pengusaha, termasuk para pedagang dadakan ini juga harus bangga. Kalian ini meniru kehidupan Nabi Muhammad SAW. Sejak usia 12 tahun Nabi SAW berdagang. Kaya. Bahkan, di usia 25 tahun, saat menikah dengan Khadijah, mas kawinnya itu 20 ekor unta, dan 12,4 ons emas murni. Masya Allah.
Rasulullah bersabda, Berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan di antaranya dihasilkan dari berdagang. So, mendadak dagang apa Anda?
Baca juga : Menteri Urusan Cupang
Boy Sakti Hapsoro, Wartawan Rakyat Merdeka
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.