Dark/Light Mode

Belajar Jadi Pengusaha

Rabu, 28 Oktober 2020 08:03 WIB
Ngopi - Belajar Jadi Pengusaha
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Peristiwa mendadak dagang menjamur. Ada yang kulineran, reseller, jual tanaman, hingga peternak ikan cupang. Semuanya dadakan. Semendadak datangnya pandemi Corona

Semuanya mengepung saya. Singkatnya, saya ikut barisan mendadak dagang. Pilihan saya, menjadi reseller frozen food

Entah ini masuk barisan UMKM atau bukan. Perlu diuji konsistensinya. Kalau seumur jagung, saya pikir itu iseng saja. Tapi keisengan ini bisa membantu pemerintah untuk mendongkrak ekonomi yang terus melorot. Sekalipun Bantuan Langsung Tunai (BLT) sempat dicairkan. Ekonomi tetap tiarap. 

Ekonomi tiarap, pedagang menggeliat. Ini menarik. Artinya, bangsa Indonesia ini cerdas-cerdas. Bisa membaca peluang. Tak heran jika banyak pakar ekonomi yang meresepkan kepada pemerintah untuk membantu pebisnis kecil. Dibantu sampai besar. Baru dilepas. 

Baca juga : Nunggu Samsat Keliling Buka Lagi

Sumbangan UMKM dari segi kualitas kepada Negara memang kecil. Tapi kalau kuantitasnya tinggi, angkanya jadi besar juga. Alhasil, jumlah pengangguran karena pagebluk asal Wuhan yang konon katanya mencapai 5,2 juta jiwa itu, bisa cari makan menjadi pedagang. 

Tidak hanya cari makan, bahkan pedagang itu harus bangga sebagai salah satu donatur negara. Saya yang dagang frozen food misalnya, menyumbang 10 persen pajak (PPN) untuk negara. Setiap produknya. Setelah menyumbang, baru kita berseni soal harga. 

Saya memang masih pedagang seumur jagung. Jadi jangan tanyakan profit dahulu. Bisa berputar dan konsisten pun sudah baik. Tapi jadi pedagang, atau pengusaha ternyata bisa kaya. Teman saya misalnya, pengusaha properti, jadi orang kaya. Asetnya miliaran. Usianya baru 30-an. 

Seangkatan pebisnis properti itu, termasuk saya, ya biasa saja. Soal kepemilikan rumah dan kendaraan saja masih perjuangan. Tapi tidak soal, rejeki dari Tuhan. Kalau Tuhan bisa membuat kaya teman saya, kenapa saya tidak. Pasti bisa. Tinggal berusaha dan kerja keras saja.

Baca juga : Back To 2-Tone

Bicara kaya, saya teringat kata-kata seorang motivator yang memang kaya dulu baru berbicara. Katanya, ada tiga cara menjadi orang kaya. Pertama, menikah dengan orang kaya. Kedua, menjadi anak orang kaya. Dan ketiga, menjadi pengusaha. Tinggal pilih, jalan menuju kaya. 

Kalau pilihannya menjadi pengusaha, maka konsistenlah. Semangat. Selain ada kesenangan batin mendapatkan cuan, berbisnis ternyata membuat kita dekat dengan Tuhan. Setelah ikhtiar membeli produk, mengiklankan di sosmed dan buka lapak misalnya, kita pasti berdoa agar dagangannya laku. 

Para pengusaha, termasuk para pedagang dadakan ini juga harus bangga. Kalian ini meniru kehidupan Nabi Muhammad SAW. Sejak usia 12 tahun Nabi SAW berdagang. Kaya. Bahkan, di usia 25 tahun, saat menikah dengan Khadijah, mas kawinnya itu 20 ekor unta, dan 12,4 ons emas murni. Masya Allah. 

Rasulullah bersabda, Berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan di antaranya dihasilkan dari berdagang. So, mendadak dagang apa Anda?

Baca juga : Menteri Urusan Cupang

Boy Sakti Hapsoro, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.