Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Tanggal 9 Desember kemarin adalah pelaksanaan pelaksanaan Pilkada Serentak 2020. Sebagian masyarakat yang di daerahnya digelar Pilkada, datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk menentukan pemimpinnya selama lima tahun ke depan.
Hari itu saya menyempatkan datang ke daerah Serpong, Kota Tangerang Selatan, yang sedang melakukan Pilkada. Tepatnya ke Kampung Kandang Sapi. Di sana, tampak masyarakat sedang mengantre untuk memberikan suaranya. Untungnya, mereka tetap peduli protokol kesehatan (prokes). Masyarakat tetap menjaga jarak dan menggunakan masker.
Sama seperti Pemilu atau Pilkada sebelumnya, saat itu juga ada hal yang menarik perhatian saya. Bahkan kadang membuat senyum-senyum sendiri. Contohnya spanduk dan poster ajakan nyoblos. Salah satunya, “Jangan jadi golput ya, karena golput itu pengikut setan seperti kuntilanak, pocong dan tuyul”.
Baca juga : Rp 1,4 Juta Untuk Vaksin PCV Dan Flu
Selain itu, ada juga poster bertuliskan sedikit menyentil. Seperti, “Woy anyep amat hidup lo jadi golput, Hidup itu harus berwarna bukan kertas kosong putih semua”.
Apa pun yang disuarakan dalam spanduk atau poster itu, bertujuan agar masyarakat menetapkan pilihannya. Yang tentunya akan menentukan masa depan daerahnya dengan pemimpin yang mereka pilih.
Saya sempat menanyakan ke masyarakat mengenai perbedaan pilkada yang diselenggarakan tahun ini dengan pilkada sebelumnya. Ternyata, masyarakat tidak mempermasalahkan penyelenggaraan pilkadanya. Yang mereka sesalkan, berkurangnya bantuan. Saat masa kampanye, karena khawatir dianggap money politics, para calon hanya memberikan bantuan berupa alat-alat penanggulangan Covid-19.
Baca juga : Corona Dongkrak ’Dana Bansos’
“Biasanya, sebelum pemilu mah ada yang kasih beras, gula, dan minyak goreng. Tapi sekarang, yang dibagi hanya hand Sanitizer, masker, dan vitamin,” ucap Hasna, salah satu warga yang sama temui, sambil tertawa.
Menurut Hasna, menyebutkan calon-calon juga banyak yang takut turun ke bawah menyapa masyarakat, karena alasan tidak mau membuat kerumunan. Mereka lebih memilih mengandalkan kampanye online. Padahal, masyarakat sulit mengetahui visi misi calon dengan cara itu.
“Jangankan mikir visi misi Mas, kita mikirnya kuota habis aja, siapa yang mau ganti. Apalagi belum semua punya HP canggih untuk online,” ucapnya.
Baca juga : Mainan Bisa Persatukan Kita
Dari sini, kita mengetahui, masyarakat masih memilih didatangi calon dengan membawa tentengan berupa beras, gula, dan minyak goreng. Bukan hand sanitizer, masker, dan vitamin. Selain itu, ternyata kampanye secara daring belum efektif dilakukan di Indonesia. Karena masih banyak masyarakat yang tidak mampu.
Semoga pandemi Covid-19 ini cepat berlalu dan ekonomi Indonesia bisa bangkit diikuti dengan peningkatan pendapatan masyarakat Indonesia, serta tak ada lagi pengangguran. Semoga saja. Aamiin. [Edy Burnama/Wartawan Rakyat Merdeka]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.