Dark/Light Mode

Curhatan Sopir Taksi Online

Jumat, 18 Desember 2020 05:40 WIB
Ngopi - Curhatan Sopir Taksi Online
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Kemarin, saya tiga kali naik taksi online, Grab. Ketiga sopirnya, mengeluh berat. Penumpang sepi. Kadang satu hari penuh, kadang cuma dapat satu atau dua penumpang.

Sapta Mardani, salah seorang supir Grab yang saya tumpangi, malah mengaku dalam sepekan, ada saja hari-hari yang sama sekali dirinya tak mendapatkan penumpang.

“Kemarin, keluar pagi, sampai malam saya enggak dapat penumpang, bang,” ujarnya.

Bahari Soetanto dan Bongi Sampe, dua driver lain yang saya tumpangi terpisah, juga mengeluhkan hal yang sama.

Baca juga : Corona Bikin Hubungan Keluarga Renggang

Bahari Soetanto malah mengeluhkan, sejak pandemi Covid melanda Indonesia, bonus-bonus tidak ada lagi. Sama rata sekarang. Mengandalkan argo.

“Dan dari argo kita, potongannya besar. 20 persen, sampai 40 persen. Misalnya saya dapat penumpang dengan ongkos Rp 18 ribu, nanti paling saya dapat Rp 9 ribu. Setengah-setengah. Dipotong,” bebernya.

Bahari Soetanto yang beberapa bagian interior mobilnya sudah mulai tampak kusam dan lapuk juga mengeluhkan dalam satu hari, kini dia bisa mengantongi Rp 100 ribu dibawa pulang ke rumah.

“Itu sudah satu hari penuh, sampai malam. Potong ini itu, isi bensin dan makan dan tol, sudah bagus sekarang masih bisa dapat Rp 100 ribu,” ujarnya.

Baca juga : Dari Hobi Jadi Peluang Usaha

Karena kian minimnya penghasilan itu, Bahari mengaku belum ada ide untuk bekerja di tempat lain atau melakukan usaha. Sebab, modal tak punya, info kerja juga tidak didapatkannya.

“Makanya ini mobil mau bawa ke bengkel pun saya mikir. Buat benerin dudukan jok, kemarin saya tanya harganya Rp 800 ribu. Mahal amat, ya udah entar-entar aja dulu beresin kerusakan-kerusakan kecil. Kalau sudah punya duit,” terangnya.

Malah, dia mengungkapkan teman-temannya sudah mulai mundur dari pekerjaannya sebagai sopir Grab. Mereka juga melakukan over kredit mobilnya karena sudah tidak sanggup melanjutkan cicilan.

“Seminggu ini, ada 7 orang yang sudah mundur. Mobilnya dijual. Padahal kreditnya tinggal sebentar lagi. Kasihan juga. Enggak dapat apa-apa jadinya. Mobil dijual murah lagi, cuma bayar uang muka awal mengkredit mobil itu aja. Habis mau gimana lagi? Udah enggak sanggup,” terangnya.

Baca juga : Ngarep Sembako, Eh Malah Dapat Masker...

Bongi Sampe malah menyebut tak ada gunanya mengeluhkan semua yang dia alami. Sebab, tetap saja tidak ada solusi yang bisa dijadikan jalan keluar.

“Ya, dijalanin aja bang. Yang penting kita semua tetap sehat-sehat. Tidak kena Covid. Sehat jiwa raga. Sehat lahir batin. Dan yang paling penting, semoga kantong juga sehat. Supaya dapur di rumah masih bisa tetap berasap,” ujarnya menahan pilu.

Saya juga setuju dengan Bongi Sampe. Meski ada beban hidup yang tidak mudah, tetaplah berharap, dan berusaha, agar dapur di rumah juga tetap berasap.

Setiap kali saya turun setelah diantar Grab, dan membayar, para driver yang saya tumpangi kemarin selalu mengingatkan ‘Salam Sehat’. Salam sehat ya bang. Kantong juga kiranya sehat. Supaya dapur masih bisa tetap berasap. [Jhon Roy P Siregar/Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.