Dark/Light Mode

Lupa Selamatkan Janin Sendiri

Selasa, 26 Januari 2021 06:25 WIB
Ngopi - Lupa Selamatkan Janin Sendiri
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Selain guru, masih banyak profesi lain yang bisa disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Salah satunya bidan.

Bidan mampu kerja keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menolong pasien. Hingga ada yang saking semangatnya menolong sampai-sampai tak sempat menyelamatkan janin dalam kandungannya. Luar biasa memang pengorbanan mereka.

Hal ini juga yang dialami istri saya. Sejak sebelum menikah dia sudah menikmati profesinya di kabupaten Garut, Jawa Barat. Setelah saya mempersuntingnya, dia ikut ke Jakarta. Bekerja sebagai bidan di salah satu klinik di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

Saya baru tahu berat dan menantang tugasnya seorang bidan dari dia. Sebagai tenaga profesional di bidang kesehatan, saya melihat istri saya adalah orang yang loyal terhadap profesinya.

Baca juga : Untung Pakai Motor Bebek

Bayangkan saja, kami sebagai penganten anyar dalam seminggu cuma ketemu satu hingga tiga kali. Penyebabnya adalah jarak dan waktu. Makanya memilih menginap di mess tempat para tenaga kesehatan (nakes) wanita. Tidak jarang dalam dua minggu kami tidak bertemu sama sekali karena kebetulan saya tengah bertugas di luar kota.

Suatu ketika dia mengandung. Di usia kandungan yang masih muda istri saya paham betul apa yang harus dilakukan dan dihindari untuk kandungannya. Untuk kontrol juga dilakukan dengan mudah mengingat dia kerja di lingkungan medis.

Tapi karena desakan lingkungan kerja dan wataknya yang ringan tangan, mendorongnya untuk menjalani aktivitas berat. Kadang itu juga bukan tugasnya. Termasuk membawa tabung oksigen 14 kilogram (kg) untuk menolong pasien. Pukul 02.00 pagi dia tetap memberi pelayanan dengan tidak lupa memberi senyum dan semangat kepada pasien.

Hingga suatu pagi ketika akan pulang dinas, dia menghubungi. “Yang bisa jemput aku nggak. Perut aku sakit,” ujarnya.

Baca juga : Dapat Apa Hari Ini?

Sontak pikiran jadi nggak enak. Firasat buruk itu menjadi nyata. Tak lama istri kembali menghubungi saya. Kali ini posisinya sudah berada di rumah sakit untuk menjalani kuret. Istri saya mengalami keguguran. Ini keguguran pertama.

Seminggu menjalani cuti, akhirnya dia kembali bekerja. Profesinya sangat dibutuhkan meski usianya jauh lebih muda dibanding yang senior.

Beberapa bulan kemudian dia kembali mengandung.

Dia tetap tidak bisa menghentikan tugasnya. Untuk kedua kalinya di usia janin tiga bulan istri saya dikuret karena keguguran lagi dengan penyebab yang tak jauh berbeda dari yang pertama. Hasil cek juga tidak menunjukkan suatu infeksi.

Baca juga : Corona Di Teras Rumah Tetangga

Agar kejadian itu tak terjadi lagi, saya pun meminta istri untuk istirahat total. [Fajar El Pradianto/Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.