Dark/Light Mode

Bayar Umroh Pakai Koin

Senin, 1 April 2019 07:56 WIB
Ngopi - Bayar Umroh Pakai Koin
Catatan :
UJANG SUNDA

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam beberapa edisi sebelumnya, tulisan saya selalu ada bau-bau politiknya. Mulai dari cerita soal sikap seorang caleg yang mendadak lebih akrab, soal tahlilan kaka ipar saya, sampai pertanyaan anak mengenai pilihan di Pilpres.

Tapi, di tulisan ini, tidak ada kaitan dengan politik sama sekali. Di sini saya ingin bercerita mengenai perjalanan umroh saya sama istri, pekan kemarin.

Sebenarnya, tidak ada cerita istimewa yang bisa saya sampaikan. Perjalanan umroh saya dan istri relatif sama dengan kaum Muslimin lain. Yang membedakan mungkin dalam hal membayar biaya perjalanannya.

Sebagiannya kami bayar menggunakan uang koin, pecahan Rp 500 dan Rp 1.000. Jumlah total koin tersebut adalah Rp 7.475.000. Pembayaran ini bukan untuk gaya-gayaan. Koin tersebut murni kami kumpulkan dari uang kembalian belanja harian. Bukan dari menukar ke orang.

Baca juga : Bayar Di Awal

Saya memulai mengumpulkan koin itu sekitar awal 2009. Kegiatan itu saya mulai setelah berkunjung ke kamar kos seorang senior di kantor. Saya lihat, di meja kamar kosnya, ada toples penuh koin. Saat itu, saya belum punya rencana apa-apa dengan recehan tersebut. Sekadar mengumpulkan.

Setelah menikah di akhir 2009, saya bersama istri mengazamkan, koin tersebut akan kami gunakan untuk ongkos naik haji. Kami pun makin semangat mengumpulkannya.

Saat belanja di warung, kami sering sengaja mengganjilkan agar dapat kembalian koin. Jika sudah dapat, koin itu tidak akan kami belikan lagi. Langung disimpan.

Setiap hari, kami berhasil mengumpulkan sekitar Rp 2.500 sampai Rp 3.000. Kami semakin bersemangat saat ada berita tentang seseorang mampu membeli sepeda motor idaman dan membeli mobil menggunakan koin.

Baca juga : Jokowi: Ulama Kok Mukul

Namun, ada juga yang sedikit "menyepelekan". Saat saya bilang sedang mengumpulkan koin untuk ongkos haji, seorang teman bilang bahwa saya enggak niat. Mungkin dia berpikir akan terlalu lama mengumpulkan recehan untuk biaya haji sekitar Rp 35 jutaan.

Suatu waktu, di 2011, seorang tetangga kontrakan mengetahui saya punya banyak koin. Dia pun meminta menukar sebesar Rp 10.000. Katanya, untuk acara saweran. Dengan berat hati, saya harus merelakan koin itu.

Setelah itu, tidak ada yang menukar lagi. Kalau ada pun, tidak akan saya beri. Koin saya pun semakin menumpuk. Belasan kaleng bekas susu, kaleng bekas cemilan, dan juga celengan kecil, penuh dengan koin. Kami menyimpannya di kolong dipan, di bawah kasur. Seperti orang-orang zaman dulu. Kami hanya memisahkan kaleng baru untuk diisi di laci bawah TV, di ruang tengah.

Awal 2019, atau 10 tahun kemudian, kami mengalihkan niat. Dari naik haji ke umrah. Kami pun membongkar "harta karun" itu.

Baca juga : Gara-Gara Poligami, Partai Koalisi Perang

Setelah dikumpulkan, jumlahnya hampir satu keranjang cucian. Butuh beberapa orang dan waktu berjam-jam untuk menghitungnya. Saat disetorkan ke bank, saya tak bisa mengangkat sendiri koin itu. Butuh bantuan satpam bank tersebut.

"Ini harusnya buat beli motor, Pak. Biar viral," kata seorang petugas bank. Saya hanya tersenyum. Sebenarnya, koin yang saya tukar itu belum semuanya. Masih ada satu kaleng lagi. Koin tersebut tak sempet dihitung, karena waktunya sudah sore. Khawatir banknya keburu tutup.

Karena masih sisa, sekarang kami melanjutkan mengumpulkan koin lagi. Mudah-mudahan, yang ini nantinya benar-benar bisa buat tambahan ongkos naik haji. Anak-anak saya juga sekarang ikut-ikutan ngumpulin koin. Katanya, buat beli mainan.

Dari sini, saya ingin mengatakan, pepatah "sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit" masih berlaku. Jika tekad kita kuat, walaupun dengan yang kecil, insya Allah cita-cita akan terwujud.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.