Dark/Light Mode

Kabul Dan Mang Siman

Jumat, 29 Maret 2019 07:52 WIB
Ngopi - Kabul Dan Mang Siman
Catatan :
ERWIN TAMSAL

RM.id  Rakyat Merdeka - Dua nama di atas sudah pensiun dari profesinya. Kabul, mantan preman alias jawara. Mang Siman, eks tukang santet atau peneluh. Keduanya dari 2 desa berbeda di Kabupaten Tangerang.

Sejak delapan bulan lalu, Kabul dan Mang Siman menyatu. Bergabung. Jadi satu tim pemenangan caleg DPRD Kabupaten Tangerang.

Kebetulan, caleg perempuan berhijab itu teman saya. Beberapa kali saya bertemu Kabul dan Mang Siman. Ngobrol. Becanda bareng. Tukar pikiran.

Ternyata, mereka demokratis juga. Kabul (41) dan Mang Siman (52) berubah drastis. Mereka tak lagi cari rezeki dari profesi dulu. Yang penuh kekerasan. Berdarah-darah. Nyakiti orang. Nyikut sana sini. Apalagi menghilangkan nyawa.

Baca juga : Samin Tan Penuhi Panggilan KPK

Mereka ingin damai. Dan berbagi. Keluarga, istri dan anak pun sangat mendukung dengan pekerjaan sekarang. Meski penghasilan kecil, tapi halal. Cukup buat nafkahi keluarga. Mereka jalani dengan enjoy saja. Dulu, Kabul urakan. Berpakaian seadanya.

Celana jeans sobek-sobek. Kuping pake anting. Mabok mulu. Tapi, sekarang beda. Gaya Kabul necis. Selalu berkemeja rapi. Baju dimasukin. Rambut klimis. Sepatu mengkilat disemir.

Di rapat pun, Kabul nyerocos ngomongnya. Mang Siman beda lagi. Ketika saya bertemu 5 bulan lalu, penampilan pria berkulit hitam ini masih sangar. Mata merah melotot. Rambut panjang sebahu. Berpeci hitam. Batik panjang. Sarungan. Selalu nunduk jika bertatap muka.

Yang paling fenomenal, Mang Siman nggak pernah mandi. Puluhan tahun. Sejak masih aktif jadi peneluh. Di rapat tim pun, dia lebih banyak diam. Jika ditanya, Mang Siman cuma ngangguk, kalau setuju. Tak setuju, menggeleng.

Baca juga : Jadi Siapa Yang Gila?

Tapi, akhir pekan lalu, saya melihat ada perubahan drastis. Mang Siman tampil bersih. Rambut disisir rapi. Badannya dah wangi aroma minyak nyong nyong. Minyak khusus pelet. Harumnya super banget. Jarak 10 meter, wanginya masih terendus.

Perubahan lain. Mang Siman tidak kaku lagi jika diajak ngomong. Banyak curhat ke saya. Setelah pemilu ini, bapak dua anak ini pengen dagang beras. Yang bikin kaget lagi, ketika adzan dzuhur, dia ngajak saya ke mesjid.

“Yuk, mumpung ada kesempatan. Jangan libur bersyukur,” dia menarik lengan saya. “Alhamdulillah,” batin saya sambil bangkit dari duduk. Lalu, kami ke luar ruang markas tim pemenangan caleg di Jalan Raya Mauk.

Cerita Kabul dan Mang Siman ini menyentuh hati saya. Ingin hijrah. Perubahan tidak cuma pemilu saja. Tidak saat butuh. Tidak saat punya kepentingan saja. Bukan karena ingin dilihat. Pamer. Atau sok-sokan. Kapan. Dimana pun.

Baca juga : Parpol Dan Menteri

Setiap saat, bisa mereformasi. Semoga saya jadi jauh lebih baik. Demokratis. Terlebih, berguna bagi orang lain. Aamiin... Ya Rabbal Aalamiin. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.