Dark/Light Mode

Gobel: APBN 2023 Harus Dorong Ekonomi Berkualitas, Jangan Cuma Untuk Impor

Rabu, 1 Juni 2022 07:15 WIB
Wakil Ketua DPR Bidang Korinbang Rachmat Gobel (Foto: Humas DPR)
Wakil Ketua DPR Bidang Korinbang Rachmat Gobel (Foto: Humas DPR)

 Sebelumnya 
Khusus di bidang pertanian, Gobel menilai, sudah saatnya pula meninggalkan pertanian dengan pupuk subsidi dan beralih ke pupuk non subsidi.

"Ini akan meningkatkan produktivitas, sekaligus menaikkan kemakmuran petani. Untuk modalnya, sudah ada KUR dan juga menguatkan koperasi petani,” katanya.

Anggota DPR dari Partai Nasdem ini mengatakan, di era persaingan global ini, yang akan menang adalah negara-negara dan bangsa-bangsa, yang memiliki daya dukung ekonomi nasional yang kuat dan kualitas sumberdaya manusia yang kompetitif.

Gobel menuturkan, ekonomi nasional yang kuat, bukan terletak pada kekayaan alam yang melimpah, jumlah penduduk yang besar, atau wilayah yang luas. Melainkan pada kemampuannya dalam menguasai pasar dalam negeri, dengan produk-produk yang diproduksinya sendiri.

“Karena di balik itu, ada manusia-manusia yang berkualitas,” ucapnya.

Baca juga : Ekonomi Berputar Kesehatan Terjamin

Negeri dan bangsa yang mengandalkan kekayaan alamnya belaka, hanya mampu berpikir jangka pendek. Hanya menggali dan menebang, untuk kemudian menjualnya.

“Biasanya, pasangan ekonomi seperti itu adalah cuma mengimpor dan menjual. Tak butuh kecanggihan apa pun. Ekonomi yang semacam ini, tak menghasilkan peradaban. Hanya menghasilkan orang-orang kaya yang tercerabut dari akar bangsanya sendiri. Indonesia tak didirikan untuk menjadi negeri dan bangsa semacam itu,” jelas Gobel.

Dia berpendapat, di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur, Indonesia justru masih melakukan impor untuk barang-barang yang justru sudah bisa diproduksi di dalam negeri.

Padahal, pemerintah telah memiliki regulasi tentang keharusan penggunaan produk dalam negeri tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

“Hal ini sangat tidak memperkuat ekonomi nasional. Padahal, itu proyek negara. Ini juga berarti, APBN kita malah untuk membayar upah buruh negara lain. Jadi, sama saja membuat makmur rakyat negara lain. Memperkuat industri negara lain,” bebernya.

Baca juga : Gulkarmat Jaktim Terjunkan 12 Unit Truk Damkar

Gobel juga menyesalkan banjirnya impor, di saat Indonesia gencar membangun. “Ini namanya mematikan industri dalam negeri,” cetusnya.

Pembangunan, justru harus memperkuat industri dalam negeri. APBN dan pasar dalam negeri yang besar, merupakan insentif tersendiri dalam mengundang investasi asing, untuk membangun industri nasional.

Berdasarkan pemberitaan di media, pada 2021, impor baja naik 22 persen. Proporsi baja impor pada tahun itu mencapai 43 persen.

Berdasarkan data statistik, impor besi dan baja pada 2017 mencapai 7,985 miliar dolar AS. Namun pada 2021, melonjak jadi 11,957 miliar dolar AS.

Dari 2020 ke 2021, melonjak drastis 74,42 persen.

Baca juga : Anies : Bank DKI Harus Jadi Penopang Ekonomi UMKM Jakarta

Sedangkan untuk barang elektronika, impor pada 2017 mencapai 17,931 miliar dolar AS. Pada 2021, meningkat jadi 22,338 miliar dolar AS.

Dari 2020 ke 2021 melonjak 17,4 persen.

Khusus untuk alat pendingin ruangan (AC), 80 persen dikuasai produk impor. Padahal, semua produk itu sudah bisa diproduksi di dalam negeri.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.