Dark/Light Mode

Podcast dengan Abraham Samad, Bamsoet Ajak Tolak Demokrasi Transaksional

Jumat, 25 Agustus 2023 17:31 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kiri) menjadi narasumber podcast mantan Ketua KPK, Abraham Samad Speak Up, di Jakarta, Jumat (25/8). (Foto: Dok. MPR)
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kiri) menjadi narasumber podcast mantan Ketua KPK, Abraham Samad Speak Up, di Jakarta, Jumat (25/8). (Foto: Dok. MPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai, sistem demokrasi pemilihan langsung yang digunakan dalam pemilihan kepala daerah ataupun Pemilu melahirkan demokrasi 'transaksional' di kalangan masyarakat. Tidak aneh bila kemudian di masyarakat dalam memilih kepala daerah ataupun anggota legislatif dikenal adanya istilah 'NPWP', atau nomor piro wani piro (nomor berapa berani berapa).

"Patut disayangkan maraknya sistem demokrasi transaksional yang terjadi di masyarakat dalam setiap gelaran Pilkada atau Pileg. Lahirnya demokrasi transaksional ini akan mengikis idealisme dan komitmen politik para calon anggota legislatif dalam memperjuangkan aspirasi rakyat ketika terpilih nanti," ujar Bamsoet, saat menjadi narasumber podcast mantan Ketua KPK ‘Abraham Samad Speak Up', di Jakarta, Jumat (25/8). 

Baca juga : Istri Dan Anak Eks Sekretaris MA Hasbi Hasan Tolak Bersaksi

Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, penerapan sistem demokrasi langsung berpotensi menyebabkan persaingan para calon kepala daerah atau anggota legislatif didominasi kekuatan finansial. Pemilih tidak lagi mengutamakan kualitas dan kapabilitas para calon sebagai pertimbangan mereka dalam menggunakan hak pilih.

"Sebelum memilih, bisa jadi para pemilih tidak memperhatikan bagaimana kualitas dan kapabilitas para calon. Tetapi justru sibuk menerima serta menghitung uang yang didapat dari para calon," kata Bamsoet. 

Baca juga : Bamsoet Ajak Hindari Politisasi Identitas di Pemilu 2024

Dosen Tetap Pascasarjana Program Doktoral Fakultas Hukum Universitas Borobudur ini menambahkan, selama penyelenggaraan tiga kali pemilu dengan sistem terbuka serta Pilkada langsung, keberadaan politik transaksional luar biasa. Para calon kepala daerah dan anggota legislatif harus mengeluarkan uang hingga miliaran rupiah agar dapat terpilih. 

Untuk mengurangi sistem demokrasi transaksional, lanjut Bamsoet, masyarakat harus cerdas dalam menentukan sikap politik. Jangan mau menerima uang Rp 100 ribu hingga Rp 500 ribu dari para kontestan politik. Karena setelah itu bisa jadi ketika terpilih para calon akan mudah meninggalkan konstituennya.

Baca juga : Soal Angkatan Siber, Bamsoet Dukung Usulan Gubernur Lemhanas

“Pilihlah caleg, capres, cagub, cabup dan cawalkot sesuai hati nurani. Dengan mempertimbangkan rekam jejak, kapabilitas, dan profesionalitas. Jangan memilih hanya berdasarkan nominal rupiah," pungkas Bamsoet.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.