Dark/Light Mode

Bamsoet Ajak AS Jaga Kondusifitas Keamanan Dunia

Senin, 20 Januari 2020 16:10 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kanan) bersama Dubes AS untuk Indonesia Joseph R Donovan Jr di Ruang Kerja Ketua MPR, Jakarta, Senin (20/1). (Foto: Istimewa)
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kanan) bersama Dubes AS untuk Indonesia Joseph R Donovan Jr di Ruang Kerja Ketua MPR, Jakarta, Senin (20/1). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR Bambang Soesatyo mengajak Pemerintah Amerika Serikat bersama menjaga situasi kondusif keamanan di berbagai belahan dunia. Di antaranya di Semenanjung Korea dan di Timur Tengah.        

Politisi yang akrab disapa Bamsoet ini memaparkan, Korea Selatan dan Korea Utara sudah saling membuka diri. Di Asian Games 2018 yang diadakan di Jakarta, Korea Selatan dan Korea Utara bisa bersatu di bawah bendera Unifikasi Korea di tiga cabang olahraga, yakni Kano, Dayung, dan Basket. Langkah baik tersebut harus disambut dan didukung berbagai negara, terutama Amerika Serikat. Reunifikasi Korea akan membuat Asia Timur semakin damai.

"Tak hanya di Asia Timur, ketegangan yang beberapa waktu lalu terjadi di Asia Tenggara terkait sikap China yang tak menghormati keputusan UNCLOS 1982 di Laut Natuna juga perlu mendapat perhatian serius dari Amerika yang memiliki Hak Veto di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB. Sikap Amerika Serikat yang menghormati kedaulatan Indonesia seharusnya juga dicontoh China. Ketidakpatuhan China terhadap hukum UNCLOS 1982 yang membuat ketegangan antara China dengan Indonesia di Laut Natuna, maupun China dengan Malaysia, Filipina, dan juga Vietnam, di masing-masing perairan mereka, tak boleh dibiarkan karena bisa membuat preseden buruk di kemudian hari," ujar Bamsoet usai menerima Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R Donovan Jr di Ruang Kerja Ketua MPR, Jakarta, Senin (20/1).      

Baca juga : Korek Dugaan Korupsi Jiwasraya, DPR Panggil Kejagung

Turut hadir Deputy Political Counselor Kedutaan Besar Amerika Serikat, Steven Weston, dan Political Specialist Kedutaan Besar Amerika Serikat, Arfa Mahardika.      

Mantan Ketua DPR ini menekankan, walaupun antara Indonesia dengan Amerika Serikat memiliki perbedaan pandangan terkait berbagai situasi geopolitik internasional, seperti situasi di Iran dan Palestina, namun perbedaan tersebut jangan sampai mengganggu hubungan baik kedua negara yang telah terjalin erat sejak tahun 1949. Kedua negara harus tetap saling menghormati dan menghargai pandangannya masing-masing, dengan tetap membuka ruang dialog untuk mencari solusi terbaik dalam mewujudkan dunia yang lebih aman dan damai.        

"Salah satu tujuan berbangsa dan bernegara Indonesia, sebagaima dituliskan dalam pembukaan UUD NRI 1945, yakni ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Karena itu, terkait kondisi di Iran yang akhir-akhir ini sedang menegang, kita harapkan baik Iran dan Amerika bisa saling menahan diri. Demi menjaga situasi Timur Tengah tetap kondusif, dan menghindari kemungkinan terjadinya perang terbuka," jelas Bamsoet.        

Baca juga : Khamenei dan Trump Perangnya di Dunia Maya

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini juga mengapresiasi kesepakatan (MoU) antara Amerika Serikat dengan China yang ditandatangani Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, di Amerika, Rabu (15/1) waktu setempat. MoU tersebut sangat membantu meredakan ketegangan perang dagang Amerika - China yang juga berdampak pada berbagai negara, tak terkecuali Indonesia.        

"Akibat semakin tegangnya Amerika - China selama lebih kurang dua tahun ini, menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi global lebih dari 0,5 persen. Karena itu, kesepakatan tersebut membawa angin segar bagi berbagai negara. Semakin kondusifnya perekonomian global, juga akan membawa keuntungan bagi Indonesia," kata Bamsoet.      

Seiring mulai meredanya ketegangan perang dagang Amerika-China, Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini juga mengundang Amerika Serikat untuk terus meningkatkan investasinya di Indonesia. Khususnya melalui US International Development Finance Corporation (DFC), yang memiliki dana pembangunan untuk kerjasama ekonomi dengan berbagai negara berkembang mencapai 60 miliar dolar AS (sekitar Rp 828 triliun).        

Baca juga : Bamsoet Apresiasi Jaksa Agung Tetapkan 5 Tersangka Kasus Jiwasaraya

"Sepanjang 2013-2017, nilai invetasi Amerika di Indonesia mencapai 36 miliar dolar AS. Melalui DFC serta berbagai instrumen kerjasama investasi lainnya, kita harapkan nilainya bisa ditingkatkan lagi mencapai 60 miliar dolar AS. Tren perdagangan Indonesia dengan Amerika sepanjang Januari-September 2019 ini juga bergerak positif, dengan surplus di Indonesia mencapai 6,88 miliar dolar AS. Nilai ini tak boleh turun di kemudian hari, bahkan harus lebih meningkat lagi," pungkas Bamsoet. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.