Dark/Light Mode

Ganjar Duduk Manis Aja, Jangan Over Acting, Tirulah Gaya Politik Jokowi

Rabu, 22 Juni 2022 12:20 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat hadir di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (16/6). (Foto: Rizki Syahputra/RM)
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat hadir di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (16/6). (Foto: Rizki Syahputra/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar Komunikasi Politik Lely Arrianie menyoroti sepak terjang Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, jelang Pilpres 2024

Di mata Lely, Ganjar mungkin sosok kader paling potensial yang berasal dari PDIP, atas dasar kontestasi massa. Namun, belum tentu bagi kontestasi elit partainya.

Sehingga, Lely berpendapat, Ganjar mestinya menyadari, geliat politiknya cenderung minim apresiasi partai.

"Jangan lupa, PDIP punya pemilih militan dan tradisional. Yang apa pun risiko politiknya, pasti akan lebih mendengar suara Bu Mega, ketimbang Ganjar. Bak symbolic interactionism," kata Lely dalam keterangannya, Rabu (22/6).

Baca juga : Pekerja Migran Beri Selamat Ultah Ke Presiden Jokowi

Lely menambahkan, konstruksi realitas partai politik PDIP tidak akan bisa dilepaskan dari figur Mega.

Dengan latar belakang seperti ini, Ganjar yang punya modal elektabilitas tinggi  seharusnya " bermain cantik" melakoni dramaturgis politiknya.

Duduk manis saja. Tak perlu over acting. Apalagi, menunjukkan ambisi politiknya pada proses pencapresan.

"Paling tidak, tirulah gaya politik Jokowi dulu. Yang justru memantik empati dan simpati partai. Bahkan, mampu menyingkirkan ambisi Bu Mega untuk maju menjadi capres, lalu menyerahkan karpet istimewa itu pada Jokowi," tutur Lely.

Baca juga : Keran Ekspor Migor Dibuka Lagi, GAPKI: Terima Kasih Pak Jokowi

Dalam Rakernas II PDIP kemarin, Mega berpesan kepada kader partainya, agar tak bermanuver jelang Pilpres 2024.

"Kalian (kader PDIP) yang berbuat manuver, keluar. Dalam PDIP, nggak ada yang namanya main dua kaki, tiga kaki, manuver. Kenapa? Karena saya diberi oleh kalian, sebuah hak yang namanya hak prerogatif. Hanya Ketua Umum yang akan menentukan calon presiden dari PDIP," beber Mega.

"Ingat, lebih baik keluar, daripada saya pecati kamu," tegas Presiden RI ke-5 itu.

Kata Lely, peringatan itu bisa dipastikan mengarah pada Ganjar. Menurutnya, pesan tersebut dapat menciptakan jarak komunikasi politik antara Ganjar sebagai kader dengan Mega. Termasuk, elit lain di PDIP.

Baca juga : Mahfud MD: Ahli HTN Jangan Terjebak Pandangan Politik Memihak

"PDIP tampaknya ingin menunjukkan, betapa partainya tidak memberikan ruang bagi kadernya untuk bermain mata, dengan cara mencurangi kekompakan dan soliditas partai, yang penuhnya dipegang Mega. Sehingga, sekecil apa pun potensi penggembosan dan pengkhianatan politik, akan dikuliti. Ditelanjangi. Dengan begitu, kesadaran politik kelompok yang kohesif tidak dicederai," jelas Lely.

"Jadi Ganjar, tarik bentar kendali kudanya ya. Jika saatnya melesat, biarlah busur panah politik kelompok yang membidiknya. Restu politik pasti lebih cantik untuk dimainkan," pungkasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.