Dark/Light Mode

Para Tokoh Politik Terus Bermanuver, Intinya Menanti Titah Jokowi

Rabu, 16 Oktober 2019 07:31 WIB
Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kanan) bertemu Ketum Partai Golkar,  Airlangga Hartarto di  DPP  Partai Golkar di Jakarta, Selasa (15/10). (Foto: Dwi Pambudo/Rakyat Merdeka).
Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kanan) bertemu Ketum Partai Golkar, Airlangga Hartarto di DPP Partai Golkar di Jakarta, Selasa (15/10). (Foto: Dwi Pambudo/Rakyat Merdeka).

 Sebelumnya 
Dari kalangan relawan, salah satu yang melakukan manuver adalah Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Andi Gani.

Dia berkali-kali menghadap Presiden Jokowi. Mulai dari menjamin aksi buruh takkan rusuh seperti aksi mahasiswa, sampai memastikan bakal mendukung menyukseskan pelantikan Presiden pada 20 Oktober nanti.

Yang terbaru, dia juga menyiapkan acara syukuran pelantikan Jokowi-Ma’ruf. Acaranya akan dipusatkan di kawasan Patung Kuda, Jakarta. Acara ini akan dimeriahkan dengan parade budaya serta aneka kuliner nusantara yang akan disajikan gratis. Selain di Jakarta, acara syukuran juga akan digelar di Kuningan (Jawa Barat) dan Yogyakarta.

Baca juga : Trump Utus Elaine L Chao Hadiri Pelantikan Jokowi

Wapres Jusuf Kalla mengomentari manuver para tokoh tersebut. Termasuk kabar akan merapatnya Gerindra, Demokrat, dan PAN ke koalisi pemerintah. Menurut JK, sapaan Jusuf Kalla, jika ketiga partai itu bergabung, koalisi pemerintah akan gemuk.

“Tapi, tentu urusan presiden dan wakil presiden dalam membangun suatu koalisi yang cocok untuk lima tahun ke depan,” kata JK, kemarin.

Menurut JK, pemerintah akan efektif kalau ada partai politik yang memilih menjadi oposisi. Karena ada pihak yang memberikan kritik kepada pemerintah.

Baca juga : Perekonomian Terus Berkembang, BNI Mudahkan Transaksi Keuangan di Morotai

Andaikan Gerindra dan Demokrat merapat, komposisi pendukung Jokowi-Ma’ruf akan sangat gemuk di parlemen. Saat ini, koalisi Jokowi-Ma’ruf punya modal 60,7 persen. Bila ditambah Gerindra dan Demokrat, akan menjadi 83,6 persen.

Pengamat politik dari UGM, Mada Sukmajati menilai, manuver elite sepekan terakhir ini menandakan, proses tarik menarik dalam pembentukan kabinet masih terjadi.

Menurut dia, dinamikanya sangat tinggi dan dinamis. Dalam kondisi seperti ini, belum ada yang bisa memastikan jatah kursi menteri untuk parpol. “Semua menunggu keputusan Presiden Jokowi. Keputusan final bisa saja di last minute,” kata Mada, kemarin.

Baca juga : Soal Kondisi Politik Saat Ini, Relawan Dukung Penuh Keputusan Jokowi

Menurut dia, dinamika saat ini lebih tinggi dibanding saat menyusun kabinet 2014. Pasalnya, pembentukan kabinet 2019 sangat terpaut dengan kondisi politik 2024.

“Semua masih tergantung kompromi dan negosiasi juga,” kata Mada. Apakah Gerindra akan merapat? Kata dia, peluangnya terbuka, meski sangat kecil. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.